Strategi Mempersiapkan Pensiun

Strategi mempersiapkan penghasilan bagi para pensiunan (3 Buckets Strategy).

Semua karyawan pada akhirnya harus meninggalkan pekerjaan alias pensiun. Pertanyaannya, sudahkah kita membuat persiapan yang matang? artinya ketika gaji bulanan tidak lagi kita terima, bagaimana kita akan membiayai masa pensiun yang cukup panjang? Usia harapan hidup penduduk Indonesia meningkat menjadi 71 tahun dan jika kita pensiun pada usia 56 tahun, berarti akan ada 15 tahun hidup tanpa menerima gaji seperti sedia kala. Bagaimana jika umur kita mencapai 81 tahun? artinya periode tanpa gaji hampir 25 tahun lamanya. Mampukah kita membiayai diri tanpa merepotkan orang lain (anak, menantu,keponakan, saudara, dll)? Ingat, tantangan yang dihadapi oleh anak-anak kita juga semakin berat sehingga selayaknya kita tidak boleh
menjadi beban anak ketika kita menjalani hari tua.

Masyarakat di negara-negara maju sangat sadar akan pentingnya mempersiapkan dana pensiun untuk hari tua. Usia pensiun di negara maju adalah 65 tahun. Di Indonesia usia pensiun masih 56 tahun dan rencananya akan dinaikkan secara bertahap setiap 3 tahun. Saya akan membahas salah satu strategi yang dikenal dengan sebutan “3 buckets strategy”. Saya akan mencoba menjelaskan istilah-istilah teknis keuangan agar mudah difahami. Pada dasarnya, ketika masih usia produktif, kita harus menyisihkan cukup dana untuk membiayai hari tua. Dana yang disisihkan tersebut kita masukkan ke dalam keranjang investasi yang diharapkan cukup untuk membiayai hari tua. Konsep yang akan dijelaskan ini adalah untuk karyawan (employees), bukan untuk pengusaha (enterpreuner). Di kalangan perencana keuangan dikenal konsep “withdrawal rate 4%” artinya tabungan pensiun kita, kalau ditarik 4% per tahun maka akan mampu membiayai hidup kita sejak pensiun sampai meninggal. Katakanlah masa pensiun tanpa gaji adalah 25 tahun dan biaya hidup kita per tahun adalah Rp 60 juta (berarti 5 juta/bulan), maka dibutuhkan tabungan (simpanan) sebesar 25 x 60 juta = Rp 1,5 milyar ketika kita berusia 56 tahun (saat memasuki usia pensiun). Dana tersebut dapat berupa simpanan dana pensiun yang dikelola oleh lembaga dana pensiun swasta atau pemerintah. Selanjutnya selama 25 tahun kita akan hidup dengan menarik dana Rp 60 juta + faktor inflasi per bulan selama 25 tahun.
Bagaimana agar dana pensiun tersebut tidak habis sebelum waktunya? Salah satu cara mengelola dana pensiun memakai strategi 3 keranjang investasi.
1. Keranjang Pertama berisi dana tunai yang digunakan untuk membiayai pengeluaran harian. Simpan dalam rekening yang bisa ditarik setiap bulan. Jumlah dana yang disimpan pada rekening ini kurang lebih untuk biaya hidup 1 sd 2 tahun. Berarti antara 60 sd 120 juta saja. Asumsinya, kita tidak memiliki sumber-sumber penghasilan lain (menyewakan rumah, apartemen, kios, ruko, mobil, dll). Ciri keranjang investasi pertama adalah harus aman, mudah ditarik (likuid), bisa untuk memenuhi kebutuhan emergency.
2. Keranjang Kedua adalah investasi berupa obligasi (bond) atau surat utang yang aman (Surat Utang Negara adalah paling aman). Belikan obligasi pemerintah dengan tenor (jatuh tempo) antara 3 sampai 7 tahun. Surat utang negara ini cirinya selain aman, juga memiliki tingkat pengembalian (return) lebih tinggi dari bunga deposito. Selain manfaat keamanan (safety), dana dalam keranjang kedua ini berfungsi menyediakan dana jangka menengah dengan imbal hasil yang lebih tinggi dari inflasi. Saat ini bunga obligasi pemerintah sekitar 8,3% sementara Deposito sekitar 5,5%.
3. Keranjang ketiga (Long Term Growth) adalah investasi yang diharapkan bisa membiakkan tabungan kita (memperoleh capital gain) dalam jangka panjang karena uangnya tidak akan dicairkan dalam jangka pendek dan menengah. Investasi yang disarankan adalah membeli saham perusahaan yang fundamentalnya bagus (blue chip) sehingga dalam jangka panjang nilai investasi kita akan meningkat.

Begitulah kurang lebih strategi “3 buckets” dalam mengelola dana pensiun karyawan. Yang menjadi pertanyaan, apakah selama masa produktif, anda sudah berhasil mengumpulkan dana sebesar di atas? kalau belum, lalu bagaimana anda bisa mengisi 3 keranjang investasi tadi? Itulah sebabnya pendidikan finansial seharusnya diberikan sejak seseorang mulai merintis karir sehingga tidak menghabiskan semua gajinya untuk konsumsi. Praktek yang benar adalah ketika seseorang mulai menerima gaji, maka minimal 10% (lebih besar, lebih bagus) harus langsung dimasukkan ke rekening dana pensiun yang tidak bisa diambil sebelum memasuki usia pensiun. Sisanya baru untuk membeli big item (rumah, mobil) dan sisanya baru untuk konsumsi. Jika anda menjumpai rekan yang belum memasuki usia pensiun sudah mengalami kesulitan keuangan, tentu ada yang salah dalam mengelola penghasilannya. Biasanya orang tersebut memiliki urutan prioritas yang berbeda. Terima gaji, bayar semua cicilan, sisanya untuk konsumsi, baru kalau masih ada sisa akan ditabung. Urutan pengelolaan keuangan seperti ini biasanya tidak akan memiliki dana pensiun karena berapapun penghasilan kita, pengeluaran akan mengikuti. Berbeda kalau urutannya dibalik, begitu menerima gaji, kunci dulu 20% kedalam dana pensiun yang tidak bisa diambil, baru sisanya dibelanjakan.

Yang terakhir adalah ketika anda pensiun, jangan melakukan investasi yang beresiko tinggi, seperti ikut arisan berantai, ikut investasi teman yang tidak memiliki “track record” keberhasilan, dipinjam teman atau saudara. Beranikan untuk menolak berbagai tawaran dengan iming-iming bunga tinggi, karena dalam investasi berlaku hukum “high return, high risk” (makin tinggi hasil yang dijanjikan, makin besar peluang modal anda hilang). Cobaan paling berat yang kita hadapi (sebagai orang timur) adalah sulit menolak jika ada saudara atau teman dekat yang meminjam uang. Percayalah, 80% probabilitas dana anda akan hilang kalau anda tidak berani mengatakan “TIDAK”. Itulah pentingnya mengunci dana jangka panjang kedalam keranjang kedua dan ketiga agar tidak kena bujuk rayu saudara atau teman dekat. Bagi seseorang yang tidak mempersiapkan dana pensiun dengan baik, masih ada kesempatan sebelum anda benar-benar keluar dari dunia kerja. Jika anda belum juga sadar, nanti akan menyesal karena waktu tidak berpihak kepada anda. Pada usia kepala 6, tidak ada perusahaan yang mau merekrut kita karena berbagai alasan komersial. Usahakan disiplin berinvestasi sejak dini agar kesulitan keuangan di hari tua bisa dihindari. Saya sudah menyaksikan teman sebaya yang sudah nabrak-nabrak temannya untuk bertahan hidup. Tentu itu bukan berita bagus untuk didengar. Apalagi sampai merusak reputasinya sendiri karena masalah keuangan. Orang tersebut semakin lama akan semakin terpuruk keuangannya karena teman sebayanya akan menghindar. Mengganti nomor HP atau menutup akun media sosial tidak akan menyelesaikan masalah keuangan, malah justru semakin mengisolasi dari kehidupan sosial dan ekonomi. Semoga artikel singkat ini bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.