Bisnis sesungguhnya adalah permainan orang dewasa. Karena sifat bisnis seperti permainan, tentu ada orang yang menang dan ada juga yang tidak menang. Tujuan kita dalam setiap permainan adalah meningkatkan peluang untuk menang. Caranya adalah dengan bermain lebih baik dan lebih cerdas (smart) daripada pesaing agar kita memiliki skor lebih tinggi. Ukuran atau skor dalam permainan bisnis sangat jelas yaitu pendapatan atau laba usaha. Singkatnya, jika anak kecil bermain hanya untuk bersenang-senang, orang dewasa bermain untuk mendapatkan pengakuan atas suatu keberhasilan. Parameter paling mudah digunakan untuk mengukur kesuksesan dalam bisnis adalah uang (monetary unit).
Banyak orang di sekitar kita yang tidak senang atau risih jika hidup ini seolah-olah hanya untuk mengejar uang (kerja, kerja dan kerja). Orang seperti ini memiliki keyakinan yang salah tentang uang. Anda tentu pernah mendengar pernyataan seseorang, ”uang adalah akar dari segala kejahatan”. Jika keyakinan seseorang tentang uang seperti ini karena pernah mendengar dari orang tuanya, gurunya atau lingkungannya, maka orang ini sulit menjadi kaya. Pikiran bawah sadarnya akan membimbing orang ini untuk menjauh (menghindari) uang karena dirinya tidak ingin menjadi “jahat” jika memiliki banyak uang. Proses ini terjadi dalam pikiran bawah sadar (sub-conscious mind = tanpa dia sadari). Faktanya, orang dengan keyakinan seperti ini memang sulit menjadi kaya. Bahkan kelompok orang seperti ini cenderung membenci orang kaya (orang sukses). Dia akan membuat stereotipe bahwa kita menjadi miskin karena dijajah atau dieksploitasi oleh suku bangsa tertentu. Setiap hari yang diposting di sosial media adalah ujaran kebencian atau hasutan, seolah-olah hendak mengatakan pada dunia, bahwa dunia penuh ketidakadilan. Ciri orang ini mudah dikenai melalui 3 sifat (blaming, excuses, justify). Dia berpendapat bahwa orang kaya itu jahat, menggunakan uangnya untuk mengeksploitasi orang lain. Sudah pernah saya bahas bahwa keyakinan seseorang tersimpan dalam bawah sadar (sub-conscious) sehingga tidak pernah disadari oleh orang yang bersangkutan. Namun kita bisa mengamati dari perilaku dan kata-kata yang dia gunakan (baca artikel di blog saya: www.kantorvirtual.co.id).
Aturan main dalam bisnis yang harus kita fahami adalah bisnis diatur oleh hukum probabilitas. Setiap upaya penjualan apapun, punya angka probabilitas keberhasilan masing-masing. Jika anda menjual produk asuransi jiwa, probabilitas keberhasilannya mungkin hanya 1%. Artinya dari 100 orang yang anda tawari, hanya 1 orang yang akan membeli produk asuransi karena asuransi adalah jenis barang yang tidak dicari orang (unsought goods, bukan kebutuhan pokok), sehingga success rate-nya dalam proses penjualan juga rendah. Jika anda menjual atau memasang iklan di media massa, probabilitasnya mungkin bisa meningkat menjadi 25%, tergantung media iklan, jangkauan, ukuran dan bunyi (copy writing) iklan anda.
Jika anda memahami hukum probabilitas dan berusaha berfikir kreatif bagaimana cara meningkatkan probabilitas ini, maka anda akan menjadi pemenang dalam permainan bisnis. Misalnya bagaimana cara membuat iklan yang baik agar success rate-nya meningkat dari 20% menjadi 30%. Bisnis adalah seperti bermain sepakbola, catur, tenis, badminton, dan bermain apa saja yang bisa membuat anda bergairah memainkannya. Jika anda bisa merubah persepsi dalam pikiran atau memprogram pikiran bawah sadar, bahwa bisnis adalah suatu permainan, maka anda akan menjadi wirausaha yang sukses. Anda akan menjadi sangat antusias atau bergairah menjalankan bisnis apapun yang anda terjuni karena pikiran bawah sadar anda menganggap anda sedang memainkan permainan (game) kesukaan anda. Anda juga harus ingat, setiap permainan, punya aturannya masing-masing. Jangan bermain Bola Voli memakai aturan Sepak Bola. Anda tidak akan bisa menang jika tidak menguasai aturan main yang berlaku dalam bisnis yang anda terjuni. Aturan dalam bisnis kuliner sangat berbeda dengan aturan dalam bisnis pakaian. Aturan bisnis jasa (misalnya biro jasa – yang tidak ada stok barang) sangat berbeda dengan aturan bisnis penjualan HP, Komputer, bahan kue, bahan bangunan, dll.
Mencari uang melalui bisnis adalah suatu ketrampilan, sama seperti ketrampilan mengendarai sepeda, mengemudi mobil, menulis buku, berbicara di depan umum, dll. Kita bisa berlatih agar menjadi lebih terampil dan ahli dalam berbisnis (mencari uang). Seorang anak yang sejak kecil sudah dilatih oleh orang tuanya ketrampilan mencari uang dengan berdagang, maka pada saat dewasa, dia tidak akan mengalami kesulitan untuk mencari uang melalui bisnis. Dan itulah sebabnya anak yang dibesarkan dari keluarga bisnis memiliki peluang sukses lebih besar dalam menjalankan bisnis dibandingkan dengan anak dari keluarga karyawan atau anak seorang petani. Hal ini karena mereka sudah terbiasa (terampil) mencari uang dengan berdagang (bisnis), bukan dengan barter tenaga (waktu) dengan uang.
Kekayaan didefinisikan sebagai jumlah aliran uang yang masuk ke rekening anda melebihi kebutuhan anda. Orang yang bergaji Rp 50 juta/bulan belum tentu kaya jika pengeluarannya Rp 60 juta/bulan. Pertanyaannya, mengapa banyak orang tidak bisa menjadi kaya meskipun sudah bekerja lebih dari 30 tahun?
Berikut ini adalah beberapan jawaban (penjelasan):
1. Orang tersebut tidak pernah berfikir bahwa dia bisa menjadi kaya. Diantara penyebabnya adalah adanya penjara mental dan kurangnya model atau kelompok referensi atau panutan untuk ditiru. Pepatah mengatakan, ”anda tidak bisa terbang bersama elang jika terus-menerus mencari makan dengan mengais-ngais bersama dengan ayam”. Dr David Mc Cleland dari Universitas Harvard pernah membuat penelitian. Beliau akhirnya membuat kesimpulan yang sangat bagus yaitu orang mengadopsi cara berfikir, sikap, perilaku, opini, ambisi, cara berbicara, cara berpakaian, cara mencari uang, serta cara memandang dunia dari kelompok referensi atau model atau panutan yang dilihatnya. Temuan ini bisa menjelaskan mengapa suku tertentu dominan bisnis kain, sedangkan suku yang lain dominan bisnis besi bekas, sementara suku yang lain lagi dominan bisnis rumah makan. Penelitian tersebut juga bisa menjelaskan mengapa anak petani cenderung menjadi petani, anak pegawai negri memilih menjadi pegawai negri, anak pengusaha memilih berdagang, anak seorang karyawan cenderung mengikuti jejak orang tuanya menjadi karyawan juga.
2. Orang tidak bisa menjadi kaya karena orang tersebut tidak pernah memutuskan untuk menjadi kaya atau tidak punya tujuan untuk menjadi kaya. Anda tentu masih ingat bagaimana nasib orang yang tidak punya tujuan hidup yang jelas, dan hanya mengalir seperti air. Bagaimana kalau airnya mengalir ke parit yang kotor dan bau?
3. Orang tidak bisa menjadi kaya karena memiliki keyakinan yang salah tentang uang (kekayaan). Orang ini lebih senang menjadi miskin asalkan sehat daripada kaya tapi sakit-sakitan. Padahal pilihan yang benar adalah lebih baik kaya dan sehat daripada miskin dan sakit-sakitan. Seringkali orang seperti ini memiliki keyakinan yang salah bahwa orang kaya tidak bisa masuk surga. keyakinan dalam bawah sadarnya yang menghambat sehingga orang tersebut akhirnya tidak bisa menjadi kaya.
4. Orang tidak bisa menjadi kaya karena senang menunda-nunda pekerjaan atau tidak segera bertindak. Penyebabnya adalah kemalasan yang sudah menjadi kebiasaan (procrastination).
5. Orang tidak bisa menjadi kaya karena tidak mampu menahan diri untuk memuaskan keinginan jangka pendek (sifat impulsif). Orang impulsif tidak bisa menabung atau berinvestasi karena horison waktunya pendek. Berapapun penghasilan orang impulsif, akan habis untuk konsumsi, tidak ada sisa untuk investasi. Ciri orang impulsif adalah tidak tahan bila mendengar kata diskon, obral, big sales, buy one get one free, dll. Orang ini cenderung membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan dan membeli barang karena terdorong emosi sesaat (impulsif). Kata diskon atau obral akan menjadi stimulus sifat impulsif-nya.
6. Abraham Maslow, seorang psikolog yang terkenal, meneliti bahwa hanya 2% saja orang yang bekerja sesuai dengan talenta atau intelegensia yang dimiliki. Sedangkan mayoritas atau sebanyak 98% terpaksa bekerja pada bidang yang kurang disukai atau tidak sesuai talentanya karena tidak ada pilihan. Akibat dari kondisi ini adalah prestasi orang tersebut tidak bisa maksimal. Untuk melihat apakah anda bekerja sesuai dengan talenta anda atau tidak, caranya sangat mudah. Tanyakan kepada diri sendiri, apakah saat ini anda ingin menjadi yang terbaik di pekerjaan (bidang) anda? Jika jawabnya tidak, maka anda salah tempat, segera cari bidang atau pekerjaan baru karena bekerja tanpa antusiasme, prestasi anda akan biasa-biasa saja.
KESIMPULAN
Setiap bisnis mempunyai aturan main masing-masing. Investasikan waktu untuk mempelajari aturan mainnya, lalu praktekkan atau latihlah berulang-ulang, maka anda akan menjadi juara atau pemenang dalam permainan bisnis tersebut. Sama seperti atlet olimpiade yang ingin menjadi juara, maka dia harus berlatih minimal 6 jam sehari agar bisa menjadi sang juara dan membawa medali. Kesalahan yang umum terjadi adalah, orang langsung terjun ke bisnis tertentu (misalkan bisnis properti, bisnis saham, bisnis rumah makan, bisnis baju, bisnis jaringan, bisnis on-line) tanpa terlebih dahulu mempelajari aturan main yang benar.