Active VS Passive (Income)

Active income adalah penghasilan yang diperoleh dengan barter (tenaga/pikiran/waktu) dengan (uang/upah/gaji/honor/fee). Mayoritas orang memperoleh penghasilan dengan cara ini, yaitu menjual waktu, tenaga dan pikirannya kepada perusahaan atau majikan. Hanya sedikit orang yang memilih cara lain yaitu dengan menjadi pemilik bisnis. Sama sekali tidak salah cara mendapatkan penghasilan dengan metode barter. Hanya ada beberapa kelemahan yang seringkali orang lupa. Kelemahan pertama, penghasilan tersebut bersifat sementara (temporary) yaitu sepanjang perusahaan atau majikan masih bersedia membeli waktu, tenaga dan pikiran anda. Jika perusahaan atau majikan anda sudah tidak mau membeli tenaga anda, misalkan karena usia anda sudah mencapai 56 tahun, kesehatan anda sudah tidak baik, perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan dan sedang melakukan efisiensi, maka anda akan kehilangan penghasilan.

Kelemahan kedua, porsi penghasilan anda ditakar atau ditentukan oleh orang lain dan biasanya besarnya disesuaikan dengan standar tertentu (misalnya ketentuan UMP, ketentuan golongan/kepangkatan, jenjang pendidikan, dll). Kadang-kadang diluar kemampuan anda untuk merubahnya. Bandingkan dengan pemilik bisnis yang bisa mengatur sendiri penghasilannya sesuai dengan kreativitas dan kerja kerasnya. Bagi orang yang menyerahkan kendali hidupnya pada orang lain (external locus of control), menjadi karyawan adalah pilihan terbaik. Namun bagi sebagian orang yang tidak mau menyerahkan kendali hidupnya kepada orang lain (lebih percaya pada internal locus of control), mereka pasti memilih menjadi wirausaha mandiri karena orang tipe ini tidak suka nasibnya ditentukan oleh orang lain.

Menurut penelitian dari lembaga riset, rata-rata eksekutif di Asia jika kehilangan pekerjaan, hanya dapat mempertahankan gaya hidup seperti sediakala selama 6 bulan. Setelah itu mulai menjual satu persatu harta yang dimilikinya, untuk bisa sekedar survive. Lebih celaka lagi jika tekanan finansial menyebabkan tekanan darah ikut naik, lalu terkena serangan jantung atau stroke. Banyak orang mengarungi kehidupan ibarat naik perahu menyusuri sungai Niagara, baru panik setelah perahunya mendekati ujung air terjun. Begitulah kalau hidup hanya mengalir saja, akan panik pada saat usia pensiun sudah mendekat.

Orang yang sudah puluhan tahun mengandalkan penghasilannya dari gaji akan mengalami kesulitan jika harus mencari uang dengan cara berbisnis. Merubah sistem keyakinan yang sudah dipegang selama puluhan tahun tidaklah mudah. Jika keyakinan seseorang tidak berubah, maka pola pikirnya juga tidak akan berubah. Sebagai konsekuensinya, tindakannya juga tidak akan berubah. Jika tindakan atau apa yang dikerjakan tidak berubah, nasibnya juga tidak akan berubah.

Pada saat kita baru merintis suatu bisnis, pasti hasilnya belum besar karena jumlah pelanggan masih sedikit. Namun jika kita menjalankan bisnis tersebut dengan sungguh-sungguh dan terus menimba ilmunya, maka pelan-pelan kita akan menemukan cara yang lebih baik. Dengan berjalannya waktu, jumlah pelanggan akan bertambah banyak sehingga otomatis penghasilan bisnis anda juga akan bertambah banyak. Kebanyakan orang lupa dengan hukum “tabur-tuai” atau hukum sebab akibat. Untuk mendapatkan suatu panen, kita harus menanam dulu. Kebanyakan orang hari ini menanam, besok sudah ingin cepat-cepat panen.

Visi adalah kemampuan melihat dengan mata pikiran adanya penghasilan berlimpah meskipun baru 3 tahun yang akan datang realisasinya. Uang tidak bisa dilihat dengan mata, tetapi harus dilihat dengan pikiran. Kata Robert Kyosaki, uang itu diciptakan dalam pikiran, melalui ide-ide yang diproduksi oleh pikiran. Semakin banyak ide yang anda produksi semakin besar peluang anda untuk mendapatkan penghasilan (uang). Kabar gembiranya adalah memproduksi ide atau berfikir itu gratis alias tidak membayar. Mengapa kita tidak mau setiap hari memproduksi ide atau berfikir ? Apakah berfikir itu sangat sulit untuk dilakukan? Apakah tidak ada cara untuk melatih ketrampilan berfikir? Adakah kesalahan dalam sistem pendidikan kita, sehingga membuat anak didik males berfikir? Sistem evaluasi pendidikan sudah menyediakan pilihan jawaban(a, b, c, d), sehingga siswa tidak lagi mau mencari jawaban diluar pilihan tadi.

Uang menurut pandangan orang kreatif hanyalah sebuah ide, bukan lembaran Rp 50.000 yang sering disimpan di dompet. Sebagai ilustrasi, baju yang dibeli di pasar seharga Rp 50.000, lalu dalam rangka penggalangan dana, seorang bintang film disuruh memakai, setelah itu ditanda-tangani, lalu dilelang. Dalam sekejap, baju yang dibeli seharga Rp 50.000 bisa menjadi Rp 5 juta dan orang berebut untuk memilikinya. Jadi hanya dengan menambahkan ide, menyuruh orang terkenal memakai baju tersebut, lalu dilelang, nilai tambah baju menjadi tinggi dan orang mau membayar mahal. Itu baru satu contoh “ide” untuk meningkatkan nilai tambah baju.

Bisnis yang lebih mudah untuk dijalankan adalah model franchise. Mengapa demikian? Karena sudah ada polanya. Kita tidak perlu lagi memikirkan seluk beluk operasional bisnis franchise. Kita tinggal menjalankan program pemasaran yang dibuat pemilik merk (franchise). Kita tinggal menyediakan modal, membuka kios/warung dan melayani pelanggan. Semua kerumitan yang dialami oleh pengusaha pemula, bisa diminimalkan dalam bisnis franchise. Anda hanya tinggal fokus memikirkan cara menambah jumlah pelanggan. Konsep bisnis franchise adalah meniru (cloning/modeling) dari strategi atau cara yang sudah terbukti sukses dijalankan oleh pengusaha lain. Anda cukup belajar dari orang sukses, meniru caranya, maka anda akan mendapatkan hasil yang sama. Hal ini berbeda dengan merintis bisnis sendiri dari nol. Untuk itu, anda diwajibkan membayar royalti kepada pemilik merk.

Keunggulan menjalankan bisnis franchise, anda tidak menghadapi berbagai resiko bisnis yang sering dihadapi oleh para pengusaha pemula. Berikut ini adalah beberapa contoh resiko yang umum dialami oleh para pengusaha pemula:
1. Penumpukan inventory (stock barang) yang tidak laku terjual, rusak, kedaluwarsa, atau hilang dicuri orang.
2. Tagihan yang tidak dibayar oleh pelanggan yang nakal atau pelangaan curang.
3. Ditipu atau dicurangi oleh karyawan sendiri atau oleh pemasok.
4. Aneka keluhan/komplain dari pelanggan yang tidak puas dengan produk atau pelayanan yang kita berikan.

Setiap orang pasti punya impian atau keinginan mencapai kebebasan finansial, tetapi tidak semua orang bisa mewujudkannya. Lalu apa yang membedakannya? Knowledge is something, but applying what you know is everything. Cuma tahu teori bisnis atau teori investasi dari membaca buku, tidak akan membuat anda sukses berbisnis (berinvestasi), tetapi jika anda menjalankan atau mempraktekkan yang diajarkan di buku tersebut, barulah anda bisa mewujudkan impian anda.

Saya menyarankan pada kaum bergaji, agar menanamkan sebagian gajinya untuk investasi pada aset yang kelak bisa menghasilkan uang untuk menggantikan gaji yang hilang sewaktu memasuki usia pensiun. Contoh aset tersebut adalah rumah kost dekat kampus, dekat pabrik, dekat perkantoran agar bisa disewakan. Properti pinggir jalan juga sangat bagus untuk investasi karena bisa dijadikan tempat usaha atau sekedar disewakan jika tidak bisa menjalankan bisnis sendiri. Jika anda sudah mempunyai tempat usaha, bisnis apapun akan lebih mudah dijalankan. Jika anda memiliki rumah di pinggir jalan besar, ingin membuka restoran tinggal menentukan jenis menu yang diinginkan oleh konsumen.

Jadi, selagi masih banyak waktu, kumpulkan sebanyak mungkin asset produktif (ruko, kios, rumah kos, aprtemen, tambak, ladang, dll) agar penghasilan anda tidak turun sejalan dengan bertambahnya usia. Hal paling menarik dari penghasilan yang berasal dari asset adalah bersedia bekerja 24 jam sehari, 365 hari setahun tanpa meminta hak cuti, tidak minuntut kenaikan gaji, tidak pernah mogok, tidak minta pensiun, sangat loyal dan tidak pernah protes kepada majikannya. Yang pasti, aset/bisnis bisa diwariskan ke anak cucu anda. Hal ini sangat berbeda dengan jabatan di kantor/perusahaan. Jika anda punya asset properti, nilainya bisa terus meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Itulah sebabnya saya lebih senang menyimpan uang dalam bentuk properti, khususnya properti yang bisa disewakan atau yang bisa menghasilkan penghasilan pasif (uang sewa).

Kelebihan lain dari investasi dalam properti adalah bisa memanfaatkan uang bank sebagai leverage. Artinya anda cukup menyediakan minimal 20% sebagai uang muka, sisanya bisa dipinjam dari bank. Aset properti juga sangat aman karena terlindung dari resiko inflasi. Satu-satunya kelemahan aset properti adalah tidak likuid (tidak mudah dijadikan uang tunai jika anda butuh uang mendadak). Jika anda memegang uang tunai (deposito), daya beli uang akan menurun sebesar suku bunga dikurangi tingkat inflasi. Namun jika uang disimpan dalam properti yang bisa disewakan, nilai properti akan terus naik, dan anda juga menerima uang sewa jika properti tersebut tersewakan. Semua orang kaya menyimpan hartanya dalam aset properti karena mereka sadar betul, bahwa properti adalah aset yang aman dan bisa menghasilkan uang tanpa pemiliknya harus bekerja (inilah yang disebut money make more money).

KESIMPULAN
`
Kemampuan kita menghasilkan uang/gaji/upah dibatasi oleh faktor usia dan kesehatan. Karena itu, lebih baik memiliki aset yang bisa bekerja menghasilkan uang untuk kita sebagai pengganti tenaga, ketika kita terkena PHK atau memasuki usia pensiun atau sakit, yang menyebabkan kita tidak mampu bekerja. Jangan membatasi penghasilan hanya dari satu sumber saja karena itu terlalu beresiko. Pepatah dalam dunia investasi mengatakan, “jangan menaruh semua telur ke dalam satu keranjang”, karena jika keranjangnya jatuh maka semua telur (uang) anda akan hilang seketika.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.