The Law of Learning

Anda akan menjadi apa yang anda pelajari dengan tekun dan sungguh-sungguh. Begitulah kira-kira bunyi hukum belajar (the law of learning). Jika anda ingin menjadi pelukis, belajarlah dengan tekun dan sungguh-sungguh kepada pelukis senior bagaimana cara melukis yang benar. Jika ingin menjadi juara bulu tangkis, berlatihlah dengan tekun setiap hari kepada pelatih yang berpengalaman bagaimana cara mengayunkan raket dengan benar. Jika anda ingin bisa memperbaiki handphone/komputer, silahkan mengambil kursus perbaikan handphone/komputer. Jika ingin menjadi dokter, ambil jurusan kedokteran, bukan fakultas hukum. Jika anda ingin menjadi guru/dosen, raihlah pendidikan/kualifikasi sebagai seorang guru/dosen. Jika ingin menjadi pelaku bisnis yang handal, belajarlah kepada pelaku bisnis yang telah sukses atau ikuti kursus atau pelatihan tentang cara berbisnis yang benar.

Apa yang akan terjadi jika anda sakit hernia (isi rongga perut turun ke selangkangan), anda berobat kepada seseorang yang tidak pernah belajar kedokteran, tetapi mengaku bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti yang sering diiklankan di surat kabar? Peluang untuk mendapat kesembuhan sangat kecil karena penyakit hernia membutuhkan operasi untuk menutup lubang di sekat rongga perut melalui jahitan, agar isi perut (usus) tidak turun ke selangkangan. Tentu saja hanya dokter bedah yang sudah belajar bertahun-tahun yang bisa melakukan operasi dengan benar dan aman.

Apakah anda bersedia naik pesawat terbang yang dipiloti oleh orang yang tidak pernah belajar menerbangkan pesawat? Tentu saja anda tidak mau karena naik pesawat terbang resikonya adalah nyawa jika terjadi kecelakaan. Seseorang tidak bisa menerbangkan pesawat kalau dia tidak pernah belajar atau mengikuti pelatihan sebagai seorang pilot pesawat. Jika seorang sopir truk/bis dipaksa untuk menerbangkan pesawat, maka kemungkinan besar akan mendarat di parit atau menabrak pagar pembatas bandara. Dengan kata lain, tanpa pelatihan yang memadai, seseorang akan gagal mengerjakan tugas (pekerjaan) yang membutuhkan keahlian khusus.

Begitu pula jika anda ingin menjadi pelaku bisnis yang sukses, maka anda harus belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh bagaimana cara menjalankan bisnis dengan benar. Tanpa pelatihan yang memadai, analoginya sama seperti sopir truk/bis yang diminta menerbangkan pesawat, akan terjadi bencana dengan kerugian harta dan nyawa. Sampai kapanpun tidak akan pernah berhasil, jika sopir truk/bis diminta menerbangkan pesawat. Dengan menggunakan analogi yang sama, saya berpendapat bahwa jutaan orang yang mencoba menjalankan bisnis tanpa pelatihan yang memadai, gagal karena mereka itu pada dasarnya hanyalah seorang konsumen biasa, yang tidak terlatih menjadi pelaku bisnis, tiba-tiba harus menjalankan suatu bisnis. Begitu menghadapi kendala di lapangan, misalkan ditolak calon konsumen atau mendapat keluhan dari konsumen, maka orang tersebut akan menyerah alias putus asa. Pelaku bisnis yang terlatih tidak pernah tersinggung atau putus asa jika ditolak calon pelanggan atau belum berhasil menjual. Jika dalam dunia investasi ada ungkapan ”no pain, no gain” atau ”no risk, no return”, maka dalam dunia bisnis riil berlaku ungkapan ”no sales, no money” (tidak ada penjualan, tidak ada uang yang masuk). Baca artikel winners versus losser dalam blog saya di www.kantorvirtual.co.id

Memang benar, kadang-kadang untuk memulai bisnis tidak membutuhkan modal besar. Kadang cukup hanya dengan modal awal Rp 1.000.000, orang sudah bisa memulai bisnis warung makan (misalnya: bakso/mie ayam/bubur ayam). Namun untuk bisa sukses menjalankan dan membesarkan bisnis, dibutuhkan banyak disiplin ilmu (manajemen keuangan, pemasaran, persediaan, sumber daya manusia, dll). Tidak banyak orang yang jujur mengatakan kepada anda bahwa, untuk meraih sukses ada harga yang harus dibayarkan. Anda harus banyak menimba ilmu dan memiliki komitmen yang tinggi untuk mempraktikkan apa yang anda pelajari. Jika anda menjalankan bisnis asal-asalan, maka hasilnya juga asal-asalan. Sehingga banyak bisnis baru yang dibuka adalah ”easy come, easy go” (gampang dibuka, gampang ditutup).

Untuk sukses dalam bisnis, kita harus mengakumulasi pengalaman atau jam terbang. Jika anda ingin mempersingkat jam terbang, silahkan mengikuti pelatihan, mengambil kursus atau seminar bisnis. Anda bisa belajar dari pengalaman orang lain, baik pengalaman suksesnya maupun pengalaman kegagalannya sehingga anda bisa meniru cara meraih suksesnya dan menghindari kegagalannya. Anda akan belajar bahwa bisnis yang sukses membutuhkan skala ekonomi tertentu (minimum penjualan tertentu). Artinya, jika jumlah pelanggan anda hanya beberapa orang, hanya terbatas pada orang yang anda kenal saja, maka penghasilan anda juga kecil. Dengan kata lain, bisnis anda tidak bisa dikatakan sukses karena penghasilannya juga kecil (kadang tidak bisa menutup biaya operasional, biaya sewa, dll).

Untuk meraih sukses dalam bisnis, orang harus belajar dulu bagaimana cara menjalankan bisnis dengan benar. Strategi apa yang sudah terbukti berjalan baik, bisa anda tiru dengan sedikit modifikasi sesuai situasi yang anda hadapi. Sebaiknya belajar kepada orang yang telah berpengalaman sehingga bisa menyingkat waktu belajar. Cara paling cepat adalah membeli franchise karena di situ anda membeli pengalaman orang lain, membeli merk yang sudah dikenal konsumen. Cara mempersingkat waktu belajar sering disebut ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Anda bisa mempelajari pengalaman orang sukses melalui buku-buku atau YouTube.

Secara sederhana, rumus meraih sukses dapat dirumuskan dengan perkalian matematika sebagai berikut : Be x Do = Have. “Be” artinya kualitas pribadi seperti apa diri anda? Idealnya anda merupakan pribadi yang berkualitas, berbobot pemikirannya atau cemerlang ide-idenya. Sebagai ilustrasi, seseorang yang tidak berkualitas atau tidak berbobot idenya maka nilai “Be” orang tersebut adalah 1. Jika orang tersebut melakukan tindakan (Do) sebanyak 1 kali, maka hasil perkalian : Be x Do = 1 x 1 = 1. Ini adalah hasil atau kinerja seseorang jika melakukan sesuatu pekerjaan tanpa ilmu/skill atau tanpa daya ungkit (leverage), tetapi hanya mengandalkan kekuatan otot semata. Jika orang ini ingin menghasilkan 100, maka dia harus melakukan tindakan 100 kali atau disebut juga “massive action”, misalnya harus bekerja lembur 20 jam. Maka rumus prestasi orang yang melakukan massive action menjadi: Be x Do = 1 x 100 = 100. Untuk mendapatkan hasil 100, orang tersebut harus melakukan tindakan sebanyak 100 kali.

Sekarang mari kita bandingkan dengan orang yang memiliki bobot 100 (Be = 100), artinya orang tersebut memiliki kualitas, pengalaman, atau ide-ide cemerlang sehingga dengan ilmu/skill, pengalaman atau ide cemerlang yang dimiliki, cukup melakukan tindakan satu kali maka hasilnya akan tampak seperti ini : Be x Do = 100 x 1 = 100. Rumus yang terakhir ini adalah ilustrasi untuk orang yang bekerja dengan keahlian tinggi (contoh dokter bedah, dokter jantung), bekerja menggunakan ide (contoh: arsitek, perancang software, penulis lagu, dll), bekerja memanfaatkan daya ungkit/leverage (pemilik pabrik, hotel, franchise, dll). Yang dimaksud dengan daya ungkit (leverage) adalah apapun (alat, benda, uang, keahlian) dan siapapun (orang yang memiliki kekuasaan, keahlian, ide kreatif, atau massa pengikut) yang bisa membantu meringankan pekerjaan. Contoh leverage dalam bisnis adalah media massa (internet) untuk beriklan, uang di bank untuk menambah modal usaha, komputer untuk memproses data, truk untuk membawa barang dagangan, kenalan yang punya massa pengikut, tempat usaha (kios, ruko, kantor) untuk melayani pelanggan, dll.

Sesungguhnya, ketrampilan menjalankan bisnis bisa dipelajari melalui kursus, pelatihan atau seminar. Jika anda belajar bisnis dengan tekun dan sungguh-sungguh, maka peluang anda untuk sukses dalam bisnis akan jauh lebih besar dibandingkan dengan orang yang hanya menggunakan naluri atau otot untuk mencapai tujuannya. Menjalankan bisnis tidak bisa hanya mengandalkan naluri atau otot karena anda harus bersaing dengan pelaku bisnis lain. Anda juga harus bisa mengikuti perubahan teknologi, perubahan perilaku konsumen atau perubahan pasar. Trik penjualan (periklanan) yang efektif 10 tahun yang lalu, bisa jadi tidak efektif lagi saat ini karena perilaku konsumen dan teknologi sudah berubah. Konsumen saat ini memiliki banyak pilihan produk atau penawaran dibandingkan 10 tahun yang lalu sehingga mereka lebih menuntut pelayanan yang lebih baik dengan harga yang lebih murah karena tersedia banyak pilihan. Apalagi pada era e-commerce saat ini dimana konsumen dengan mudah membandingkan harga prodk melalui smartphone. Penjualnya pun tidak hanya pedagang di sekitar tempat tinggal anda, namun pedagang dari berbagai penjuru dunia yang menawarkan barangnya melalui platform e-commerce.

Sebagai penutup, saya ingin mempertegas bahwa jika anda ingin sukses dalam bidang apapun, anda harus belajar atau mempelajari bidang tersebut dengan tekun dan sungguh-sungguh seperti yang dilakukan oleh para dokter spesialis yang tarifnya ratusan ribu sekali kunjungan. Sukses membutuhkan proses belajar dan mempraktekkan ilmu yang dipelajari. Knowing is nothing, but applying what you know is everything (tahu saja tidak ada gunanya, tetapi menerapkan atau mempraktikan apa yang anda tahu adalah yang paling penting). Sukses tidak bisa diperoleh dalam semalam. Meraih sukses ibarat makan gajah. Anda tidak bisa menelan sekaligus, tapi harus dipotong kecil-kecil, dikunyah pelan-pelan hingga akhirnya akan habis dengan berjalannya waktu.

KESIMPULAN

Cara meraih sukses paling cepat adalah dengan meniru tindakan orang sukses. Temukan orang sukses, pelajari apa yang dia lakukan. Amati, Tiru, dan Modifikasi (ATM) sesuai kondisi anda. Terakhir, selalu ingat hukum belajar, “anda akan menjadi apa yang anda pelajari dengan tekun dan sungguh-sungguh”. Semoga artikel singkat ini bisa membuka wawasan anda tentang cara meraih sukses melalui bisnis. Jangan menyalahkan (blaming) orang lain atau lingkungan, karena itu tidak akan menyelesaikan masalah anda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.