Bagaimana Kekayaan Tercipta.
Bayangkan ada orang yang tinggal di suatu pulau kecil tanpa peralatan apa-apa. Orang tersebut akan mencari makan dengan pergi ke laut untuk menangkap ikan hanya dengan menyelam dan menangkap ikan dengan tangan kosong. Paling-paling, sehari orang tersebut hanya bisa menangkap 3 ikan, sudah cukup melelahkan. Suatu hari orang tersebut berfikir, bagaimana cara meningkatkan hasil tangkapan ikannya agar keluarganya menjadi lebih sejahtera. Terpikirlah untuk membuat peralatan penangkap ikan dari ranting pohon. Dia membayangkan, kalau dia bisa memanfaatkan ranting pohon yang jauh lebih panjang dari jangkauan tangannya, dan ujung yang runcing bisa untuk menombak ikan di dalam air, maka hasil tangkapannya per hari, akan bertambah banyak. Maka dia meluangkan waktu satu hari untuk pergi ke hutan guna mencari ranting pohon yang cukup panjang dengan ujungnya yang tajam (runcing) untuk menombak ikan di dalam air. Keesokan harinya, orang tersebut pergi ke laut membawa tombak terbuat dari ranting pohon guna mencari ikan. Dengan alat bantu tombak kayu, hasil tangkapan hari itu berjumlah 6 ikan. Maka produktivitas kerja orang tersebut telah meningkat 100%, karena bekerja memakai peralatan (leverage). Dari 6 ikan hasil tangkapan, yang dimakan tetap hanya 3, sedangkan sisanya di simpan sebagai tabungan.
Hari berganti, minggu berganti, bulan berganti, tabungan orang tersebut bertambah banyak karena selalu menabung sisa hasil tangkapannya. Sekarang orang tersebut tidak perlu setiap hari pergi ke laut guna mencari ikan karena persedian ikan di rumahnya sudah sangat banyak. Sekarang dia punya banyak tabungan dan waktu luang untuk mendapatkan (membeli) atau belajar cara membuat peralatan yang lebih canggih (misalnya alat penangkap ikan berupa jala atau jaring). Dengan peralatan yang lebih canggih, diharapkan dia bisa mendapatkan tangkapan lebih banyak tanpa harus menyelam ke dalam air. Pada suatu hari, alat penangkap ikan berupa jala/jaring berhasil dia ciptakan dan sejak itu dia tidak lagi menangkap ikan memakai tombak kayu, namun memakai jala/jaring. Dengan peralatan baru yang lebih canggih ini, sekali pergi ke laut, dia bisa membawa pulang 100 ikan per hari. Sekarang konsumsi ikan keluarganya mulai meningkat dari 3 per hari menjadi 6 ikan per hari, sisa 94 ikan disimpan sebagai tabungan.
Masih belum puas dengan hasil tangkapan ikan 100 per hari, orang tersebut terus berfikir. Dia membayangkan, kalau seandainya dia punya perahu yang bisa membawanya ke wilayah lautan yang banyak ikannya, tentu hasil tangkapannya bisa dua kali atau bahkan 4 kali lipat. Dia ambil sebagian tabungannya untuk membeli perahu (kapal) yang bisa membawanya ke tempat yang populasi ikannya berlimpah. Tindakan orang ini dalam ekonomi modern disebut “investasi”. Dalam ekonomi modern, investasi tidak harus dibiayai dengan tabungan sendiri. Kita bisa melakukan investasi memakai uang bank (other people money), sehingga akan memperpendek waktu tunggu. Itulah penjelasannya, mengapa ekonomi modern dengan sistem perbankan, jauh lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan ekonomi tanpa sistem perbankan (fungsi bank adalah menyalurkan dana dari surplus unit kepada orang/lembaga yang kekurangan dana untuk investasi/konsumsi). Tentu saja meminjam uang dari perbankan tidak gratis, namun harus membayar biaya dana (cost of fund) atau bunga. Anda yang tidak menyukai konsep bunga karena alasan agama, silahkan menunggu tabungan anda cukup banyak untuk investasi/konsumsi, dengan resiko kemajuan usaha anda kalah cepat dibandingkan dengan mereka yang memakai “other people money” sebagai “financial leverage” untuk ekspansi usahanya. Dengan perahu sebagai kendaraan yang bisa membawa orang tersebut untuk pergi ke tempat-tempat yang ikannya banyak, orang tersebut sekarang menjadi sangat kaya di pulau tersebut.
Begitulah prinsip dasar proses penciptaan kekayaan (wealth) dalam perspektif ekonomi mikro. Pelajaran apa yang bisa kita petik dari cerita di atas?
Untuk menciptakan kekayaan, ada 3 hal yang harus kita lakukan:
1. Adanya inovasi atau proses penciptaan alat bantu (leverage) untuk memudahkan kita meningkatkan penghasilan (jumlah ikan yang ditangkap per hari).
2. Adanya pengorbanan (sacrifice) yaitu tidak mengkonsumsi (menghabiskan) semua ikan hasil tangkapan, namun menabung setiap ada kelebihan. Artinya orang tersebut harus bisa ngerem gaya hidupnya jangan ikut meningkat secara drastis yang akan menguras tabungannya.
3. Adanya keberanian mengambil resiko (risk taking) yaitu mencari metode atau peralatan baru (investasi) yang diharapkan jauh lebih produktif.