How Wealth is Created (Part 2)

Bagaimana kekayaan tercipta menurut sudut pandang “ekonomi mikro” telah saya tulis dalam artikel yang dapat dibaca di https://kantorvirtual.co.id/how-wealth-is-created/. Secara singkat, kekayaan tercipta karena adanya inovasi yang bisa meningkatkan produktivitas, adanya pengorbanan untuk tidak menghabiskan semua pendapatan (alias kedisiplinan menabung atau menunda pengeluaran), dan adanya kegiatan pengambilan resiko melalui investasi. Sekarang akan saya bahas bagaimana “ekonomi makro” menjelaskan proses penciptaan kekayaan melalui transaksi di pasar barang dan pasar uang. Untuk mengetahui jenis-jenis pasar, silahkan buka halaman https://kantorvirtual.co.id/jenis-jenis-pasar/.

Kita mulai dari pengertian transaksi. Dalam pasar barang, transaksi terjadi ketika ada Penjual setuju untuk menyerahkan barang/jasa kepada Pembeli yang bersedia menyerahkan uang (alat tukar). Uang yang diserahkan oleh Pembeli dapat bersumber dari tabungan, dapat juga bersumber dari Kredit. Jika uang yang digunakan berasal dari Kredit, maka sebelumnya telah terjadi transaksi di pasar keuangan. Proses transaksi di pasar keuangan terjadi ketika Lender (pemilik dana) setuju untuk memberikan pinjaman kepada Peminjam (Borrower). Setelah pinjaman (kredit) cair, maka Peminjam memiliki kebebasan untuk menggunakan uang tersebut untuk melakukan transaksi di pasar barang/jasa (untuk konsumsi atau investasi). Dapat disimpulkan bahwa, transaksi barang/jasa di pasar, dapat dibiayai menggunakan uang dan atau kredit. Dalam ekonomi modern, porsi alat tukar berupa kredit, jauh lebih besar (kurang lebih 80%) dibandingkan berupa uang tunai (uang kartal).

Masyarakat modern, membeli barang menggunakan kartu kredit, membeli kendaraan (motor/mobil) melalui kredit (KPM), membeli rumah melalui kredit (KPR), membeli mesin-mesin industri melalui kredit, membeli bahan baku melalui kredit, membangun gedung perkantoran/apartemen/hotel melalui kredit, membangun jalan toll, bandara, bendungan melalui kredit. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar transaksi di pasar barang/jasa dibiayai menggunakan alat tukar berupa kredit. Dalam transaksi ekonomi di pasar barang/jasa, pengeluaran si A akan menjadi penghasilan si B, pengeluaran si B akan menjadi penghasilan si C, pengeluaran si C akan menjadi penghasilan si D, dan seterusnya. Sehingga dalam periode ekspansi kredit oleh pasar keuangan, semua pelaku ekonomi merasakan dampak positif karena penghasilannya meningkat akibat dampak berantai penyaluran kredit oleh lembaga keuangan. Fase ini disebut “boomimg” ketika harga dana (bunga kredit) rendah, maka pelaku ekonomi (Borrower) berlomba-lomba membeli barang/jasa menggunakan alat tukar beruka kredit.

Transaksi yang dibiayai dengan kredit artinya pelaku ekonomi telah membelanjakan (spending) penghasilan masa depan, untuk dinikmati hari ini (at present time). Ini artinya pelaku ekonomi telah mengurangi kemampuan “spending masa depan” karena sebagian penghasilan masa depan harus digunakan untuk membayar kembali (repayment) kredit yang sudah ditarik dimuka. Jika ekonomi masyarakat tidak mampu meningkatkan produktivitasnya, maka setelah periode ekspansi ekonomi (penarikan kredit) berakhir, akan memasuki siklus penurunan ekonomi (fase kontraksi), pada saat periode “loan repayment”. Ketika pelaku ekonomi harus membayar kembali pinjamannya, maka penghasilan yang bisa digunakan (disposable income) untuk membeli barang/jasa berkurang. Ketika pengeluaran (spending) berkurang, maka penghasilan yang diterima pelaku ekonomi yang lain juga akan berkurang (karena pengeluaran Si A akan menjadi penghasilan Si B). Maka fase krisis ekonomi mulai terasa dengan indikasi daya beli konsumen menurun, penjualan menurun, penggangguran meningkat, pelaku ekonomi mulai berhemat karena pesimisme melanda para pelaku ekonomi. Siklus ekonomi ekspansi dan resesi biasanya berlangsung antara 8 sampai 10 tahun karena Pemerintah dan Bank Sentral tidak akan tinggal diam.

Pemerintah memiliki instrumen kebijakan fiskal (menaikkan/menurunkan pajak, menaikkan/menurunkan pengeluaran pemerintah) untuk melakukan stimulus ekonomi. Bank Sentral (BI) memiliki instrumen kebijakan moneter (menaikkan/menurunkan suku bunga) untuk mengerem/mendorong laju penyaluran kredit, menaikkan/menurunkan jumlah uang giral melalui pencetakan/penghancuran uang giral. Jika kegiatan ekonomi mulai melambat, Bank Sentral akan menurunkan tingkat bunga kredit sehingga harga dana (cost of fund) menjadi murah dan para pelaku ekonomi (Borrower) bersemangat kembali untuk meminjam uang (menarik kredit) guna membiayai transaksi di pasar barang/jasa. Jika kegiatan ekonomi mulai melambat, Pemerintah akan meningkatkan pengeluaran (goverment spending) untuk meningkatkan penghasilan yang diterima oleh para pelaku ekonomi.

Begitulah gambaran proses penciptaan kekayaan (wealth) dalam perspektif ekonomi makro. Pelajaran apa yang bisa kita petik dari uraian di atas?
1. Adanya kredit di pasar keuangan, telah menciptakan daya beli (financial leverage) di pasar barang/jasa. Pelaku ekonomi dapat membeli barang/jasa dengan menggunakan alat tukar berupa kredit.
2. Meningkatnya kredit akan meningkatkan transaksi di pasar barang/jasa (konsumsi/investasi), yang pada akhirnya mendorong peningkatan produksi (akan meningkatkan kekayaan).
3. Ekspansi ekonomi yang digerakkan oleh kredit (transaksi di pasar uang) menciptakan siklus naik turun ekonomi (expansion & recession).
4. Bank Indonesia (Bank Sentral) dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi di pasar barang dan pasar uang melalui kebijakan moneter dengan mengatur tingkat bunga serta jumlah uang beredar (money printing).
5. Pemerintah dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi di pasar barang/jasa dengan meningkatkan/menurunkan pengeluaran (goverment spending).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.