Penjara Mental (Mental Block)

Kalau kita mengamati sekeliling kita, mayoritas orang hidupnya masih bergelut untuk sekedar bisa memenuhi kebutuhan dasar yaitu sandang, papan, dan pangan. Bahkan banyak orang yang belum memiliki rumah sendiri (masih ngontrak) dan masih punya banyak hutang konsumtif. Ketiadaan uang hanyalah indikator atau gejala (sympton) atas kurangnya atau tidak dimilikinya suatu “marketable skill”, karena dengan skill yang baik, seseorang akan lebih gampang memperoleh imbalan yang baik di pasar. Namun pangkal dari kesulitan keuangan (root cause-nya) sebenarnya ada pada sistem keyakinan (belief system) yang ada dalam pikiran bawah sadar (sub-conscious mind) seseorang. Banyak orang yang hidup dalam penjara mental (mental block) yang menghalangi dirinya untuk meraih sukses. Penjara mental tidak bisa dilihat atau dipegang, namun bisa diperhatikan dari pilihan kata yang sering diucapkan oleh seseorang.

Contoh penjara mental yang paling sering kita jumpai adalah:
1. Alasan modal (butuh modal atau uang untuk memulai suatu usaha). Orang ini akan berdalih (excuses) mengapa dia tidak sukses karena orang tuanya miskin, jadi wajar kalau dia juga miskin atau tidak kaya karena tidak ada yang memberinya modal untuk memulai usaha. Orang yang menggunakan alasan modal, tidak tahu kalau banyak pengusaha sukses, ketika mereka memulai, juga tidak ada yang memberi modal. Memang setelah sukses, banyak bank yang antri untuk memberi pinjaman karena bank tidak mau uangnya macet di tangan pengusaha yang masih tahap belajar (yang kemungkinan gagalnya tinggi). Namun pengusaha yang sudah sukses, akan dikejar-kejar oleh bank, ditawari berbagai macam fasilitas kemudahan permodalan (karena bank juga butuh pengusaha untuk menyalurkan dananya agar dapat profit).

2. Alasan ijasah (butuh ijasah sarjana atau pendidikan tinggi untuk sukses). Orang ini berdalih (excuses) mengapa dia tidak sukses karena dia dari keluarga miskin sehingga orang tuanya tidak bisa mengirimnya ke perguruan tinggi. Orang yang menggunakan alasan ini pasti tidak tahu bahwa banyak orang tanpa gelar akademik bisa meraih sukses (contoh: pendiri Indofood, Indocement dan BCA, pendiri Microsoft, pendiri Apple Computer, dan masih banyak contoh yang lain).

3. Alasan usia (terlalu muda atau terlalu tua). Usia saya sudah lebih dari 50 tahun jadi peluang untuk meraih sukses sangat kecil, kalah bersaing dengan anak-anak muda yang masih berusia 30 tahun dan lulusan perguruan tinggi luar negri. Orang ini pasti tidak tahu bahwa Kolonel Sanders, pemilik jaringan restoran waralaba KFC, memulai bisnis pada usia 65 tahun dengan modal uang pensiun yang kecil, berkeliling Amerika memakai mobil van tua, tidur di dalam mobil di jalanan untuk menawarkan resep ayam goreng tepungnya. Beliau akhirnya sukses secara finansial 15 tahun kemudian pada usia 80 tahun. Kolonel Sander meninggal pada usia 90 tahun, meninggalkan warisan jutaan dollar dan nama baik yang selalu dijadikan suri teladan bagi orang pensiunan yang ingin memulai usaha.

4. Alasan gender (jenis kelamin). Saya seorang perempuan, maka ruang gerak saya tidak leluasa seperti laki-laki sehingga wajar saya tidak bisa sukses. Orang ini tidak bisa melihat bahwa jaman sekarang, sudah banyak wanita menjadi anggota DPR, menjadi bupati atau walikota, menjadi menteri, perdana menteri, pengusaha sukses bahkan menjadi presiden. Bahkan di Arab saudi (negara Islam yang paling orthodox), sudah ada pilot perempuan. Gerakan feminisme sudah lama mengangkat posisi wanita agar sederajat dengan pria dalam berbagai bidang profesi. Jadi akan mundur kembali kalau menggunakan alasan gender sebagai dalih (excuses).

5. Alasan kesehatan (saya menderita berbagai macam penyakit kronik. Saya takut tidak bisa melakukan kegiatan apa-apa, kalau sedang kambuh). Orang ini pasti tidak tahu bahwa banyak orang yang memiliki penyakit bawaan bahkan cacat fisik sejak lahir tidak menjadikannya sebagai penghalang untuk meraih sukses. Penyanyi terkenal Stevie Wonder buta sejak lahir, tetapi bisa sukses dalam dunia tarik suara. Hellen Keller (almarhum), yang terlahir buta, berhasil menamatkan pendidikan universitas dan mengarang banyak buku untuk memotivasi orang lain. Namanya selalu dijadikan rujukan dalam setiap pelatihan motivasi. Hellen Keller adalah simbol motivasi yang tidak pernah redup. Bahwa orang butapun, jika punya motivasi, bisa meraih sukses. Sedangkan orang normal yang tidak punya motivasi, masih hidup pun tidak ada orang yang ingat namanya atau jasanya.

6. Saya tidak punya waktu (alasan klasik). Banyak orang memakai dalih tidak punya waktu sebagai alasan pembenaran tidak bisa meraih sukses. Padahal setiap orang punya waktu yang sama yaitu 24 jam. Ada orang yang pandai memanfaatkan waktu 24 jam untuk melakukan banyak hal secara postif, namun ada juga orang yang menghabiskannya untuk kegiatan yang tidak produktif (main game di HP, bergosip di sosial media, nonton film/sinetron yang tidak bernilai edukasi, dll).

Contoh di atas hanyalah sebagian kecil dari “mental block” yang menghambat orang meraih sukses. Selain “mental block”, juga banyak virus-virus mental seperti pessimistic, blaming dan risk-avoiding yang meracuni pikiran seseorang. Jika ingin merubah nasib, hancurkan dulu tembok mental yang memenjarakan pikiran anda. Hindari terpapar virus-virus mental, beri makanan yang baik pada pikiran anda melalui bacaan buku-buku yang berkualitas, hindari mengkonsumsi berita “hoax” yang berseliweran di sosial media, yang isinya hanya iri dan dengki atas keberhasilan orang lain.

Prinsip dasar dalam melakukan transformasi hidup adalah: ubah sistem keyakinan yang menghambat. Jika keyakinan berubah, cara berfikir akan berubah dan sebagai akibatnya perilaku kita akan berubah. Pada akhirnya nasib kita juga akan berubah. Konsekuensi dari perubahan keyakinan adalah, kita harus berani keluar dari zona nyaman (comfort zone) untuk menghadapi tantangan baru (zona nyaman baru yang lebih luas). Sebab zona nyaman, berkorelasi dengan zona pendapatan (semakin kita berani memperluas zona nyaman, semakin besar peluang kita meningkatkan penghasilan).

Pertanyaan selanjutnya adalah: Bagaimana cara merubah sistem keyakinan (belief system)?
Keyakinan adalah suatu konsep/ide yang anda beri persetujuan. Semakin kuat persetujuan yang anda berikan kepada suatu ide/konsep, semakin kuat keyakinan anda. Sebagai ilustrasi, jika anda menyetujui konsep/ide mencari uang melalui penciptaan lagu (sebagai pengarang lagu), maka keyakinan anda untuk menjadi pencipta lagu sangat kuat. Jika anda menyetujui ide mencari uang melalui bisnis (sebagai pedagang), maka keyakinan anda untuk menjadi pedagang akan sangat kuat. Kemungkinan sukses anda akan tinggi jika keyakinan anda juga tinggi. Sama halnya dalam dimensi spiritual, jika keyakinan anda terhadap konsep surga dan neraka sangat kuat, maka anda akan menjadi orang yang sangat taat pada ajaran agama karena anda takut masuk neraka dan ingin masuk surga. Itulah cara kerja “belief system” dalam pikiran bawah sadar. Siapa yang menciptakan “belief system” dalam bawah sadar kita ? Lingkungan kita (orang tua, teman, guru, atasan, dll). Jika keyakinan seseorang akan sesuatu sangat kuat, maka dia akan bersedia melakukan tindakan apapun untuk membela keyakinan tersebut. Hal ini tidak hanya berlaku dalam dimensi spiritual, namun juga berlaku dalam dimensi kehidupan yang lain, misalnya dimensi finansial, intelektual, emosional, kesehatan, dan lain-lain. Bahkan dalam dimensi spiritual, ada orang yang mengorbankan nyawanya, demi mempertahankan keyakinan yang dipegangnya (contoh: pelaku bom bunuh diri).

Para pembaca pasti tahu bahwa Bangsa Indonesia terbentuk dari berbagai macam etnis. Namun kenapa etnis tertentu sangat pandai berbisnis dan tampaknya selalu sukses dalam setiap bisnis yang dijalankan. Ketrampilan berbisnis tersebut berasal dari sistem keyakinan yang ditransfer atau diwariskan oleh lingkungan terdekatnya (orang tua, saudara, teman, dll). Keyakinan mereka tentang mencari uang sangat jelas, yaitu melalui bisnis. Maka tidak heran jika mereka menguasai hampir semua sektor bisnis. Jadi, kalau anda yang tidak pandai berbisnis hanya bisa iri atau menyalahkan orang yang sukses, itu artinya anda terkena virus mental yg disebut “blaming” (pinter menyalahkan orang lain, bukan pinter berdagang). Kepandaian menyalahkan orang lain, tidak ada harga nya di pasar. Itulah penjelasanya, kenapa keahlian menyalahkan orang (blaming) tidak dihargai di pasar dan anda akan tetap “underdog” dalam lomba meraih penghasilan.

Contoh kasus perubahan sistem keyakinan: ada seorang guru SMA yang tidak puas dengan penghasilan yang dia terima sebagai guru. Dia mulai mempertanyakan keyakinan yang pernah diperoleh dari lingkungannya (orang tua, keluarga, saudara, teman, guru). Keyakinan tersebut adalah menjadi karyawan bisa memberi jaminan rasa aman karena gaji bulanan yang diterima sudah pasti dan juga akan menerima uang pensiun setelah hari tua. Itulah namanya “belief system”. Setelah berkeluarga dengan beban ekonomi yang terus meningkat, dia mulai mempertanyakan keyakinan tersebut. Dia mulai menyusun keyakinan baru bahwa, menjadi pengusaha restoran adalah cara untuk meraih penghasilan yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang terus meningkat. Dengan keyakinan baru tersebut, pola pikirnya mulai berubah dari seorang karyawan gajian yang pasrah menunggu tanggal gajian, menjadi seorang wirausaha yang harus bisa menjual idenya agar bisa memperoleh penghasilan yang lebih besar. Setelah keyakinannya berubah, tindakannya (action-nya) otomatis berubah. Dia berusaha menciptakan resep masakan yang disukai konsumen. Dia melakukan survei ke beberapa retoran lain untuk mempelajari pasar. Pada akhir cerita, beliau telah menjadi pemilik jaringan restoran waralaba yang cabangnya ada di hampir semua kota besar di Indonesia. Tentu saja perubahan nasib tersebut hanya bisa terjadi setelah orang tersebut berhasil menghapus keyakinan lama, digantikan dengan keyakinan baru. Namun sayangnya, banyak orang yang masih terpenjara oleh sistem keyakinan lamanya, tetapi mengatakan ingin merubah nasibnya. Analoginya, sama dengan seseorang yang ingin ikut lomba maraton, tetapi kedua kakinya masih terikat dengan tali di pohon kelapa di pekarangan rumahnya (pasti tidak bisa menang lomba).

KESIMPULAN

Sukses ditentukan oleh keputusan yang benar dan diikuti dengan tindakan yang tepat. Jika ingin merubah nasib, maka terlebih dahulu, kita harus merubah sistem keyakinan kita, karena sistem keyakinan merupakan cetak biru (blue print) jalan menuju kesuksesan seseorang. Jika sistem keyakinan berhasil dirubah atau dipengaruhi, maka pola pikir (mindset) akan berubah. Jika pola pikir berubah, maka perilaku atau tindakan (action) akan berubah. Jika perilaku atau tindakan berubah, maka nasib akan berubah. Jika nasib anda masih juga belum berubah, maka yang Maha Kuasa belum merestui tindakan anda sehingga anda harus banyak berdoa minta petunjukNya. Demikian artikel singat ini, semoga bermanfaat, Jika tertarik dengan artike yang berkaitan dengan pengembangan diri, kunjungi blog pribadi saya di www.kantorvirtual.co.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.