Pentingnya Seorang Mentor

Definisi “mentor” adalah seseorang yang karena pengetahuan dan pengalaman hidupnya bisa membimbing kita, bisa menunjukkan jalan terbaik menuju cita-cita hidup, yaitu kondisi kehidupan ideal yang kita ingin capai. Mentor bisa dianalogikan seperti “Google Maps” yang bisa memberitahu kita jalan terpendek, jalan yang tidak macet, jalan yang tidak banyak rintangan atau hambatan yang ingin kita lalui, menuju ke tujuan tertentu. Dengan membuka “Google Maps” anda tidak lagi membuang banyak waktu untuk berhenti, keluar dari mobil untuk bertanya kepada orang di pinggir jalan, meminta petunjuk arah menuju tujuan akhir. Itulah analogi yang paling mudah difahami.

Saya belum pernah pergi ke kota Jambi di Sumatra, bisakah saya mengendarai sepeda motor atau mobil menuju kota Jambi? Tentu saja sangat bisa kalau tangki bensin anda tidak kosong. Permasalahannya adalah anda belum pernah ke kota Jambi, maka jika anda nekat pergi, maka anda harus rajin berhenti di setiap perempatan jalan, untuk bertanya kepada orang di pinggir jalan, arah mana yang bisa menghantarkan anda menuju kota Jambi. Tentu saja cara ini sangat tidak efektif dan tidak efisien. Anda akan banyak membuang waktu, tenaga, bensin, rem kendaraan, karena terus menerus berhenti ketika dihadapkan pada perempatan jalan. Kenapa tidak memakai cara yang lebih cerdas yaitu dengan mengajak orang yang sudah tahu jalan menuju kota jambi. Itu adalah metode sebelum ada internet, sebelum ada GPS dan Google Maps (jaman Dinosaurus). Di jaman millennial saat ini, anda bisa pergi ke pelosok dunia manapun, dan anda tidak akan tersesat, sepanjang ada GPS atau internet yang bisa menjalankan aplikasi Google Maps. Terimakasih kepada teknologi GPS yang memudahkan para pecinta “travelling” untuk terus mencintainya.

Sebagai ilustrasi saja. Saya pernah naik Bis dari Kota Auckland (New Zealand) jam 8 pagi menuju ke kota Wellington yang membutuhkan waktu tempuh 12 jam. Sampai di kota Wellington jam 8 malam, hari sudah gelap. Saya belum pernah seumur hidup mengunjungi kota Wellington. Tentu saja kota ini sangat asing bagi saya. Angin berhembus sangat kencang karena mungkin posisi geografisnya ada di jalur “jet stream” aliran udara (angin kencang) di belahan bumi selatan.  Tantangan malam itu adalah bagaimana cara menemukan penginapan yang sudah saya pesan melalui aplikasi di internet, di malam hari yang sudah gelap, diantara ribuan gedung-gedung tinggi di kota asing yang belum pernah saya datangi. Thank God, Google Maps ada di Smartphone, maka saya bisa mencapai tempat yang ingin saya tuju dengan bimbingan (mentoring) Google Maps.  Dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 1,5 km dari terminal Bis menuju ke gedung penginapan. Saya hanya sedikit bertanya kepada orang di jalan dekat gedung yang saya cari, karena gedungnya tidak ada papan namanya. Penginapan yang saya cari adalah sebuah “Hostel” yang menempati lantai 8 dan lantai 9 di gedung bertingkat dengan banyak lantai ditempati oleh bermacam penyewa (ada kampus akademi, ada kantor prusahaan, dan lain-lain).

Semua orang-orang sukses yang saya baca riwayat hidupnya, mereka terus terang mengakui memiliki satu atau beberapa mentor (pembimbing) yang membantu mereka menemukan jalan menuju cita-cita atau tujuan hidup. Ambil contoh Jim Rohn, Robert Kyosaki, Warren Buffet, Bill Gates, Dan Lok (tokoh-tokoh dari Amerika – ketik namanya sebagai kata kunci di YouTube). Dari tokoh-tokoh di Indonesia juga sama, mereka mengakui pentingnya peranan mentor dalam menghanharkan mereka menuju cita-cita atau tujuan hidupnya. Namun sayangnya, mayoritas orang tidak mengetahui hal ini, sehingga akibatnya lebih banyak orang yang hidupnya jalan di tempat (tidak sukses) dibandingkan dengan sedikit orang yang sukses. Lebih banyak orang yang perjalanan hidupnya melalui jalan berliku-liku, penuh tikungan tajam, turunan dan tanjakan terjal, yang menyita banyak waktu dan energi, namun tidak membawa dirinya kepada tujuan hidup yang diinginkan (kesejahteraan atau kemakmuran). Karena jatah usianya sudah hampir habis, namun kehidupannya masih begitu-begitu saja, akhirnya mereka hanya bisa mengatakan, “syukurilah apa yang ada”, sebagai “exit strategy” atau “excuse” atau “dalih seorang ahli ngeles”.

Di jaman internet yang sangat mudah mendapatkan informasi, termasuk mendapatkan “virtual mentor” melalui YouTube, sebenarnya tidak ada lagi “excuse”. Yang ada adalah “kebebalan”, “kedunguan” yang dipelihara, “tempurung” kelapa yang dianggap sebagai dunia yang maha luas, fanatisme yang berlebihan sehingga menciutkan sudut pandang dalam melihat persoalan dunia. Saya dengan rendah hati dan mengakui kebodohan saya, pada usia 35 tahun, tidak punya prestasi apa-apa, selain bekal pendidikan formal dari Univesitas, meminta dibimbing oleh Robert Kyosaki untuk meningkatkan IQ Finansial saya. Sekarang saya minta dibimbing oleh Ryan Filbert (RF Chanel on YouTube), Tommy Yu (Jsxpro on YouTube), Ellen May, Minds Trading Institue, dan lain-lain untuk meningkatkan IQ perdagangan saham, atau Prof Agus Budiyono (alumni MIT, USA) untuk meningkatkan karakter pribadi melalui buku dan workshop yang blio selenggarakan.

Secara historis, diurut sesuai perkembangan kebudayaan manusia, maka urutan cara manusia mencari rezeki (nafkah), apabila disedernakan adalah sbb:

  1. Jaman “hunting & gathering” : Manusia mencari nafkah dengan berburu binatang apa saja yang ada di sekitarnya dan mengumpulkan buah-buahan apa saja yang bisa dimakan oleh keluarganya. Kehidupan manusia masih berpindah-pindah (nomad) sehingga cara hidup inilah yang memungkinkan manusia (Homo Sapien) dari benua Afrika menyebar ke seluruh penjuru dunia.
  2. Jaman “animal domestication & agriculture”: Manusia sudah memelihara binatang ternak (kambing, babi, ayam, sapi, dst) dan menanam tanaman yang bisa dimakan (singkong, wortel, kentang, gandum, padi, dll). Dalam temuan arkeologi, kemampuan bercocok tanam sudah bisa dimiliki oleh suku-suku yang menempati daratan sepanjang sungai Nil di Mesir kuno (cikal bakal kerajaan mesir, antara 7.500 sd 10.000 tahun yang lalu).
  3. Jaman industri “manufacture” dan “perdagangan”: Manusia berhasil menciptakan mesin-mesin yang dijalankan dengan tenaga uap sehingga terjadi revolusi industri (semula di Inggris, lalu menyebar ke daratan Eropa). Pabrik-pabrik dibangun untuk membuat barang dalam jumlah massal sehingga bisa dijual dengan harga yang lebih murah. Hasil produksi yang melimpah membutuhkan pasar yang bisa menyerap produknya. Maka era industri disertai juga dengan “era perdagangan”.
  4. Jaman industri “Jasa atau Services”: Kebutuhan manusia tidak hanya berupa barang, namun sudah meningkat kearah “Jasa atau Services” seperti hiburan, rekreasi, transportasi, penginapan, pijat refleksi, salon kecantikan, layanan menabung uang, jual beli saham, jasa konsultasi manajemen, konsultasi hukum, konsultasi kesehatan, konsultasi spiritual, dan banyak jasa-jasa lain yang tidak bisa disebutkan semuanya.

Jadi kebutuhan atas “Jasa atau Services” merupakan kebutuhan paling atas setelah kebutuhan di level bawahnya terpenuhi. Jika seseorang sudah tercukupi kebutuhan pangan, sandang dan papan, maka mulai timbul kebutuhan untuk jalan-jalan, pergi ziarah spiritual ke tempat-tempat suci, pergi ke konser musik, pergi ke tempat-tempat yang jauh dari rumah tinggalnya (travelling), dan lain-lain. Tentu saja, cara mencari rezeki (nafkah) pada nomor 4 memerlukan tingkat ketrampilan (pendidikan) yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara-cara sebelumnya. Untuk itulah imbalan yang diterima orang-orang di sektor jasa (secara umum) lebih tinggi dibandingkan pendapatan pekerja di sektor nomor 2 atau nomor 3. Penghasilan pengacara atau notaris lebih tinggi dari petani atau peternak. Penghasilan seorang dokter (apalagi spesialis) lebih tinggi dari penghasilan pedagang pasar Klender. Penghasilan seorang pialang saham, lebih tinggi dari penghasilan buruh pabrik sepatu, dan seterusnya dan seterusnya.

Di atas diuraikan sejarah perkembangan cara manusia mencari nafkah (rezeki) dari jaman ke jaman. Bagimana dengan cara manusia mencari nafkah di jaman kontemporer saat ini? Menurut mentor saya (Robert Kyosaki) yang membimbing saya secara kebetulan sejak tahun 2001, ketika saya menemukan buku-bukunya di jual di Toko Buku (dalam versi bahasa Indonesia) dengan judul “Rich Dad, Poor Dad”, “Cash Flow Quadrant”, “Rich Dad Guide for Investing”, maka cara manusia mencari nafkah di jaman kontemporer saat ini dikelompokan ke dalam 4 kwadran, yaitu:

  1. Kwadran I disebut Karyawan (Employee): Semua orang yang bekerja untuk membuat orang lain atau perusahaan milik orang lain mendapatkan penghasilan. Karyawan tersebut akan menerima upah berupa gaji atau komisi atas tenaga yang diberikan. Cara ini oleh Robert Kyosaki masuk dalam kategori “barter” antara “tenaga & waktu” dengan “upah”.
  2. Kwadran II disebut Pekerja mandiri (self Employee): Semua orang yang bekerja tanpa majikan dan bekerja untuk mendapatkan penghasilan bagi dirinya sendiri tanpa ada majikan atau Bos, masuk dalam kategori ini. Contoh: para pedagang di pasar Klender, para tukang ojek, para pedagang keliling, dokter yang praktek mandiri, konsultan yang praktek mandiri, notaris yang buka kantor mandiri, dan lain-lain.
  3. Kwadran III disebut Pebisnis (Pemilik Bisnis): Semua orang yang memiliki perusahaan yang sudah tertata oleh system dan prosedur baku sehingga tanpa kehadiran pemiliknya, usahanya tetap berjalan dan mendatangkan penghasilan (cuan). Contoh; Pemilik PT. Indofood, Pemilik PT. Sido Muncul, Pemilik PT. KFC Indonesia, dan lain-lain.
  4. Kwadran IV disebut Investor : Semua orang yang menanamkan uangnya berupa asset produktif, yaitu asset yang bisa mendatangkan penghasilan, tanpa si pemilik mengeluarkan keringat (bekerja). Dikatakan juga uang menghasikan uang atau istilah sombongnya “peternakan uang”. Contoh : Pemilik gedung perkantoran, pemilik saham pasif PT. Astra Internasional, pemilik puluhan ruko atau kios di pasar yang disewakan, pemilik Micro Bus yang disewakan, Pemilik lahan parkir dekat satsiun Kereta Api, dan lain-lain.

Menurut mentor saya (Robert Kyosaki) yang semua bukunya saya baca dan semua video YouTube-nya saya tonton, cara mendapatkan penghasilan yang paling cerdas adalah di Kwadran IV (Let your money, make more money) sehingga anda bisa berleha-leha di pantai sampai bosan atau anda bisa travelling keliling dunia sampai bosan, anda tetap menerima penghasilan. Itulah mentor terbaik saya dalam meningkatkan IQ Finansial. Dengan IQ Finansial meningkat, maka perlahan namun pasti, saya berpindah dari Kwadran I dan II menuju Kwadran IV pada usia 52 tahun. Semula saya targetkan umur 50 tahun sudah bisa pindah Kwadran, namun mundur 2 tahun.

Moral Story: Percayakan pada “Google Maps” untuk membimbing anda mencari tempat yang belum pernah anda kunjungi. Percayakan kepada “Mentor” untuk membimbing anda menuju tujuan atau cita-cita hidup yang anda belum pernah sampai ke sana.  Happy searching…..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.