Product Life Cycle (PLC)
Setiap produk yang dijual ke pasar punya daur hidup (life cycle) tertentu.
Ada produk yang bisa bertahan hingga 30 tahun, ada yang 20 tahun, ada yang 10 tahun,bahkan ada yang hanya bertahan 1 tahun. Kecepatan daur hidup produk dipengaruhi oleh kecepatan inovasi dan munculnya produk substitusi (pengganti). Sebagai contoh, sekitar tahun 80-an, cassette video sangat populer,lalu tahun 90-an, Laser Disk (LD) menggantikan video cassette. Tahun 2000-an, VCD menggantikan kejayaan Laser Disk, CD music menggantikan tape cassette. Lalu 5 tahun kemudian,DVD menggantikan VCD. Saat ini, hampir semua perangkat music player bisa menjalankan music yang disimpan di flash disk, sehingga media flash disk akan menggantikan CD, VCD dan DVD. Itulah contoh product life cycle.
Ternyata, penghasilan seorang karyawan (kantor/pabrik) juga memiliki daur hidup. Pada awal seseorang bekerja di kantor/pabrik, gajinya masih mengikuti standar Upah Minimum Regional (UMR) yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat (contoh: UMR DKI Rp 3,4 jt/bln, UMR Solo Rp 1,3 jt/bln, dst). Seiring dengan berjalannya waktu, seorang karyawan memperoleh kenaikan pangkat/jabatan sehingga gajinya naik. Namun kenaikan gaji ini ada titik jenuhnya karena perusahaan akan merekrut karyawan muda untuk persiapan regenerasi tenaga kerja. Perusahaan mempunyai pendapat bahwa kenaikan produktivitas karyawan tidak berbanding lurus dengan kenaikan umur, sehingga perlu dilakukan regenerasi. Keuntungan regenerasi adalah bisa mendapatkan darah segar yang masih energic (meskipun masih minim pengalaman), biaya tenaga kerja (gaji) lebih rendah sehingga tidak membebani payroll expenses perusahaan. Sampai tahap ini, life cycle karyawan lama akan memasuki tahap mendatar (plateau) sehingga perlahan tapi pasti harus hengkang dari perusahaan/pabrik. Ada perkecualian, yaitu seorang PNS (meskipun sudah tidak produktif), tidak bisa dipecat begitu saja, karena organisasi pemerintah adalah nirlaba. Tetapi organisasi bisnis harus menghitung laba rugi perusahaan, sehingga harus menjaga agar beban kepegawaian tidak melampaui pendapatan perusahaan.
Kalau dibuatkan ilustrasi grafiknya, maka pada awal masa kerja, penghasilan karyawan ada di daerah “A” (titik awal), lalu pangkat naik dibarengi gaji naik akan berada di araa “B” (naik cukup tajam). Setelah karirnya mentok, maka akan berada di area “C” (datar). Setelah itu, hal yang tidak bisa dihindari yaitu pensiun (retired) dari pekerjaan, maka mulai masuk ke aread “D” (declining atau menurun). Penghasilan seorang pensiunan, pastilah turun drastis dibandingkan dengan sewaktu masih aktif bekerja. Mulailah masalah keuangan muncul. Biasanya masalah keuangan akan meningkatkan hormon kortisol (hormon stress) dan mulailah satu persatu masalah kesehatan muncul ke permukaan. Itulah daur hidup karir seorang karyawan. Apakah seorang pengusaha (entrepreuner) juga mengalami siklus seperti karyawan.
Jawabnya bisa YA atau TIDAK.
Jika seorang pengusaha tidak inovatif, karena produk/jasa yang dijual mengalami daur hidup naik dan turun, maka si Pengusaha tsb juga akan mengalami siklus penghasilan yang naik lalu turun. Namun jika pengusaha tsb inovatif (kreatif), dia akan selalu menjual produk/jasa mengikuti trend pasar. Jika pasar sudah meninggalkan nonton film dari VCD, maka pengusaha tersebut akan meninggalkan bisnis penjualan/penyewaan VCD dan beralih ke media yang sedang trend. Itulah seninya berbisnis. Anda harus selalu memonitor perubahan pasar dan berusaha masuk ke pasar
yang permintaannya sedang tinggi.