Sinar Matahari dan Kesehatan Anda

Sinar Matahari dan Kesehatan Anda (Sunlight and Your Health)
YouTube Lecture by Michael F. Holick, Phd, MD (Boston University Medical Center)

Sinar matahari sebenarnya merupakan energi berupa gelombang yang memiliki panjang gelombang bervariasi. Mari kita rinci mulai dari yang panjang gelombangnya terkecil, dengan urutan dari yang paling kiri : Sinar Kosmis, Sinar Gamma, Sinar X, Ultra Violet C (semua gelombang tadi tidak sampai ke permukaan bumi karena ditahan oleh lapisan Ozon di atmosfir), Ultra Violet B (0,1% jatuh ke bumi), Ultra Violet A (4,9% jatuh ke bumi), spektrum Cahaya Tampak (39% jatuh ke bumi), Infra Merah (56% jatuh ke bumi), Gelombang Mikro, dan terakhir Gelombang Radio (paling panjang).

Ultra Violet (UV) sendiri terbagi menjadi 3 jenis dengan panjang gelombang berbeda:
A. UV-A memiliki panjang gelombang antara 320 nm – 400 nm
B. UV-B memiliki panjang gelombang antara 290 nm – 320 nm
C. UV-C memiliki panjang gelombang antara 200 nm – 290 nm

Semakin panjang gelombangnya, maka semakin dalam penetrasinya ke dalam kulit kita. Semakin pendek panjang gelombangnya, semakin besar kandungan energinya. Itulah sebabnya, UV-C adalah gelombang yang bisa menyebabkan kanker kulit karena kandungan energinya paling tinggi. Untungnya, UV-C tertahan oleh lapisan Ozon di atmosfir sehingga manusia tidak terpapar dengan gelombang yang berbahaya tersebut. Tetapi secara teknologi, kita bisa membuat alat yang memancarkan sinar UV-C dan aplikasinya digunakan untuk sterilisasi (membunuh mikro organisme pada air minum). Penetrasi UV-B hanya sampai lapisan Epidermis (lapisan luar kulit), penetrasi UV-A sampai ke lapisan Dermis, sedangkan penetrasi Sinar Tampak (Visible Light) adalah sampai ke lapisan bagian dalam dermis dimana terdapat banyak pembuluh darah. Untungnya, semakin panjang ukuran gelombangnya, semakin kecil kuantitas energinya sehingga pembuluh darah di permukaan kulit tidak smpai rusak oleh penetrasi gelombang dari Sinar Tampak (Visible Light).

Posisi sudut matahari terhadap permukaan bumi menentukan kuantitas gelombang UV yang sampai ke permukaan bumi. Paparan Ultra Violet ke permukaan bumi terbanyak adalah posisi tegak lurus atau sudut 90 derajat. Kalau di Indonesia berarti jam 12 siang adalah waktu terbaik untuk mendapatkan paparan sinar Ultra Violet. Ketika permukaan kulit kita terpapar dengan UV-B, maka sel “melanocyte” akan memproduksi zat warna melanin (zat warna coklat sampai hitam) yang akan melindungi kulit agar tidak terbakar (sunburn). Itulah sebabnya jika kulit kita terlalu lama terpapar sinar matahari akan berubah warnanya menjadi coklat sampai hitam. Jadi fungsi dari “melanin” itu serupa dengan “payung alami” yang dihasilkan oleh jenis sel tertentu (melanocyte). Orang-orang Afrika dan Indonesia yang tinggal di tropis, memiliki kandungan “melanin” yang tinggi di lapisan dermisnya karena untuk melindungi dari efek merusak dari sinar matahari. Mengingat UV-A memiliki penetrasi yang jauh ke dalam, sampai ke lapisan dermis, maka terlalu lama terpapar dengan UV-A akan menyebabkan keriput (wringkle) karena hilangnya lapisan bantalan (colagen) yang terdapat di lapisan dermis. Karena itu berjemur sinar matahari tidak boleh terlalu lama, cukup 15 menit, asal rutin. Waktu yang baik adalah antara jam 10 pagi hingga jam 3 sore. Ketika posisi matahari dan permukaan bumi sudutnya masih rendah (kurang dari 30 derajat), maka sebagian besar gelombang energi dari Matahari tidak jatuh ke permukaan bumi, tetapi jatuh ke ruang angkasa. Itulah sebabnya sinar matahari dibawah jam 9 pagi yg mengenai permukaan kulit kita belum terasa panas, karena nergi yang jatuh ke permukaan bumi jumlahnya sedikit. Jadi kalau kita mau terpapar UV-B pada pukul 7 sd 9 pagi, butuh waktu lebih lama berjemurnya dibandingkan dengan ketika berjemur di atas jam 10. Padahal waktu adalah sangat berharaga bagi kehidupan modern sehingga harus digunakan secara efisien. Pemakaian “cream sub block” tidak hanya memblokir UV-A, tetapi juga UV-B yang sangat bermanfaat untuk sintesa Vitamin D3.

Vitamin D3 yang bersumber dari sinar matahari terbukti bisa mencegah berbagai macam penyakit kronis. Hal ini sudah diketahui sejak jaman Yunani kuno oleh Hippocrates dan disebut Heliotherapy. Meskipun pada saat itu, para tabib Yunani belum mempunyai pengetahuan tentang gelombang Electromagnetic Spectrum seperti dijelaskan di atas. Mengingat Vitamin D sangat jarang dalam makanan kita sehari-hari, maka pada jaman dulu, pengobatan Heliotherapy banyak dipraktekkan untuk penyembuhan berbagai penyakit kronis. Baru sekarang bisa dijelaskan, bagaimana sinar matahari (UV-B) bisa menyembuhkan penyakit, setelah para ahli tahu mekanisme kerja vitamin D dalam proses replikasi sel. Untungnya Vitamin D3 dari sinar matahari (UV-B) bisa didapatkan secara gratis dan cukup berlimpah di negara tropis. Sehingga penyakit tulang bengkok pada anak kecil (Ricket) jarang dijumpai pada masyarakat yang mendapatkan paparan sinar matahari yang cuckup. Bisa dikatakan bahwa 90% kebutuhan vitamin D bisa tercukupi melalui paparan kulit dengan sinar matahari.

Berbagai penelitian sudah pernah dilakukan untuk melihat korelasi antara paparan sinar matahari dengan berbagai macam penyakit kronis (darah tinggi, diabetis, penyakit tulang, dll) menunjukkan hasil yang positif. Hal ini terkait dengan status vitamin D dalam serum darah yang mencukupi, jika kulit kita terpapar dengan UV-B yang cukup. Angka mortality (tingkat kematian) juga berkorelasi dengan jumlah paparan kulit dengan sinar matahari (kecukupan vitamin D dalam serum darah). Kekurangan vitamin D menyebabkan angka kematian lebih tinggi atau dengan kata lain, usia harapan hidup menjadi lebih rendah. Kalau begitu, tunggu apalagi ? Ayoo berobat alami dengan sinar matahari, cukup 15 menit setiap hari.

Semoga ringkasan kuliah ini bermanfaat. Rangkuman sengaja disederhanakan, untuk menghindari penggunaan istilah teknis kedokteran yang sulit dipahami sebagian orang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.