THREE RULES OF ECONOMIC RESSESION

Suka atau tidak suka, kita hidup di era ekonomi kapitalis (karena faham ekonomi komunis sudah mati, sudah ditinggalkan sejak tahun 1990). Maka kita tidak bisa menghindari dampak negatif sistem ekonomi kapitalis, seperti adanya jurang yang lebar antara si Kaya dan si Miskin, adanya siklus ekonomi (Boom & Burst), adanya kondisi resesi (pertumbuhan ekonomi turun) dan adanya Depresi (pertumbuhan ekonomi negatif disertai banyaknya pengangguran). Sekarang kita sedang berada di awal masa-masa Depresi ekonomi. Maka tantangannya adalah bagaimana kita bisa adaptasi dalam setiap situasi di atas. Bagaimana agar kita tidak menjadi “The Loser” tetapi menjadi “The Winner”. Maksudnya, ketika ada gelombang tsunami ekonomi yang menerjan, bagaimana caranya agar kita tidak digulung oleh ombak, tetapi kita memanfaatkan papan selancar atau papan kayu yang tersedia untuk menaiki ombak (stay afloat) dan menikmati perjalanan ombak tersebut.

Pepatah Tiongkok mengatakan bahwa dalam setiap krisis selalu ada peluang. Sayangnya hanya orang yang memiliki persiapan sangat baik (well prepared) yang bisa memanfaatkan peluang tersebut. Sedangkan mayoritas orang, akan berusaha menggapai apapun yang bisa dipegang untuk bisa selamat dari terjangan gelombang tsunami ekonomi. Menyimak content video YouTube yang dibawakan oleh anak muda Amerika (James), saya coba merangkum materi yang disajikan oleh James. Ketika ekonomi sedang baik, semua orang sangat getol membelanjakan pendapatannya, bahkan dengan berhutang memakai kartu kredit atau kredit konsumsi yang disediakan oleh perusahaan pembiayaan. Kebanyakan orang lupa untuk menabung atau berinvestasi untuk menghadapi “downturn economy” atau “rainy day” (musim paceklik). Akibatnya ketika terjadi tsunami ekonomi, banyak orang yang hanyut terbawa ombak dan mendarat di suatu tempat yang tidak nyaman.

Menurut pemaparan James, ada 3 hal yang selalu terjadi dalam ekonomi (3 rules):
1. Tidak ada orang yang bisa memprediksi dengan akurat, kapan terjadinya “economy crash”. Orang hanya bisa menduga-duga berdasarkan indikator ekonomi, seperti jumlah hutang negara dan perusahaan makin meningkat, jumlah pengangguran makin meningkat, tingkat suku bunga mendekati nol, dan lain-lain. Namun kapan datangnya bencana ekonomi atau kejatuhan pasar, tidak ada yang tahu persis. Analoginya seperti ketika kita sedang menikmati naik Bis rame-rame hendak menuju ke tempat wisata melawati jalan bebas hambatan, maka tidak ada yang tahu kapan ada sekumpulan domba atau sapi akan menyeberang jalan dan si Sopir harus menginjak rem mendadak sehingga menyebabkan para penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman akan terpelanting atau terjungkal di dalam Bis.

2. Pasar yang terjun bebas (crash), pasti akan berusaha mengembalikan dirinya ke keadaan semula (bounced back). Hanya yang menjadi pertanyaan, berapa lama dibutuhkan untuk kembali ke kondisi semula. Ketika pasar sedang “crash” semua orang membutuhkan uang tunai untuk bertahan hidup (stay afloat) sehingga bagi yang tidak memiliki tabungan tunai atau investasi likuid, maka terpaksa harus menjual asset-asset yang dimiliki. Maka harga asset akan jatuh ke titik terendahnya dan di situlah muncul peluang seperti kata pepatah Tiongkok (setiap krisis selalu ada peluang). Bagi sebagian kecil orang yang “well prepared” maka mereka bisa membeli “asset at discount” dan menjualnya kelak dengan keuntungan besar ketika pasar sudah pulih. Siapakah orang yang “well prepared” tersebut? Adalah orang-orang yang bisa mengendalikan nafsu konsumtif dan senang menabung untuk persiapan menghadapi “the rainy day”.

3. Ketika semua orang sedang menikmati pertumbuhan ekonomi, maka orang memiliki memori pendek alias lupa bahwa pada akhirnya pasar pasti akan jatuh (crash) mengikuti siklus ekonomi yang sudah memiliki pola seperti grafik sinus (Boom & Burst). Jadi kita harus kembali pada Rules nomor 1 yaitu “Tidak ada yang tahu, kapan pasar akan crash berikutnya”. Maka selalu sisihkan penghasilan anda pada saat ekonomi sedang “booming” dan jadilah milyader ketika pasar sedang jatuh karena anda bisa memborong asset dengan harga diskon.

Jadi itulah kurang lebih inti sari “sistem ekonomi kapitalisme” yang sedang kita naiki. Semoga membuka sedikit wawasan tentang fenomena ekonomi makro agar tidak menjadi korban “roller coaster” (naik turunnya ekonomi). Kita sudah pernah melewatinya tahun 1998 dan sekarang (tahun 2020) kita akan melaluinya lagi. Semoga selamat seperti tahun 1998.

One thought on “THREE RULES OF ECONOMIC RESSESION

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.