Ada pertanyaan kepada saya, apa bedanya perdagangan saham dengan judi?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, saya akan mendefinisikan dulu pengertian istilah trading (perdagangan) dan investing (investasi).
Trading (perdagangan) adalah aktivitas jual dan beli barang untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual. Barang yang diperdagangkan bisa berupa makanan, baju, sepatu, buah-buahan, mainan anak, alat tulis, dan saham perusahaan. Prinsip yang harus dipegang seorang pedagang agar sukses adalah, harus mendapatkan barang dengan harga paling baik (paling rendah) dan menjualnya pada harga paling baik (paling tinggi) yang pembeli masih bersedia untuk membayarnya. Periode antara waktu beli dan waktu menjual harus secepat mungkin agar perputaran modalnya sangat cepat sehingga kita bisa membeli barang dagangan baru lagi, dijual lagi, beli dagangan lagi, dijual lagi, terus menerus. Seorang pedagang yang berpengalaman, berusaha menghindari “stock mati” atau barang lama berdiam di rak, tidak segera laku terjual. Semakin cepat perputaran modalnya, semakin banyak keuntungan yang akan diakumulasi. Semakin besar selisih harga beli dan harga jual, semakin besar keuntungan yang bisa diakumulasi. Itulah 2 prinsip dasar dalam perdagangan apa pun (dagang barang atau dagang saham).
Investing (investasi) adalah aktivitas membeli atau mendapatkan asset (harta) yang diharapkan nilainya akan naik dikemudian hari dan sebisa mungkin, asset tersebut memberikan imbalan atau hasil investasi (return on investment) setiap bulan atau setiap tahun. Diharapkan, dengan berjalannya waktu, semakin besar kenaikan nilai asset yang kita beli, semakin baik hasilnya. Semakin besar imbal hasil (return on investment) yang diberikan oleh asset tersebut, semakin baik. Dari definisi tersebut, sudah sangat jelas perbedaan antara “trading” dengan “investing”. Ketika kita membeli saham hari ini untuk dijual secepat mungkin pada harga yang lebih tinggi, maka itu disebut “trading”. Ketika kita membeli saham untuk disimpan selama 3 tahun dengan harapan setiap tahun menerima dividen dan harga sahamnya naik 10 kali lipat dari waktu dibeli, maka itu disebut “investing”. Contoh lain lagi, ketika saya membeli tanah 10.000 meter, lalu saya kavling-kavling menjadi ukuran 150 meter agar cepat laku dengan laba tertentu, maka itu disebut “trading”. Namun ketika saya membeli tanah 10.000 meter dan di atasnya saya bangun gedung pertemuan untuk acara pesta pernikahan, maka itu disebut “investing”. Untuk kasus yang pertama (berjualan kavling) maka saya akan mendapatkan keuntungan dalam waktu yang cepat. Sedangkan untuk kasus kedua (membangun gedung pertemuan) maka saya akan menerima penghasilan berupa uang sewa dan kenaikan nilai tanah dan bangunan di atasnya, jika kelak saya jual kepada investor lain.
Di dalam pasar saham, kita bisa menjadi pedagang (trader) dan sekaligus investor. Caranya adalah jika kita memiliki dana, misalnya Rp 100 juta, maka Rp 50 juta kita alokasikan untuk investasi jangka panjang (membeli saham-saham yang akan naik tinggi dalam jangka panjang dan konsisten membagi dividen setiap tahun), sisanya Rp 50 juta untuk trading dengan harapan menghasilkan keuntungan cepat (quick money) guna menggulung modal agar lebih cepat membesar. Diharapkan dengan modal Rp 50 juta, jika diputar dengan cepat akan menjadi Rp 200 juta dalam waktu 1 tahun (profit 400%). Hal ini sangat mungkin dilakukan di pasar saham, ketika “skill trading” kita semakin canggih. Jika kita bisa menghasilkan profit 2% setiap hari, maka dalam waktu 200 hari kerja bursa, akan menghasilkan keuntungan 400%. Untuk bisa ahli trading saham, maka kita harus menguasai “technical analysis” guna mengetahui saham-saham apa yang hari ini akan naik atau akan turun. Ada beberapa “tools” grafik atau “charting method” yang bisa membantu seorang trader dalam menganalisis saham-saham yang akan naik atau turun. Karena ada ilmu dan teknik untuk mengetahui kapan harga saham akan naik, dan kapan akan turun, maka aktivitas jual beli saham bukanlah judi (gambling), tetapi “buy at low and sell at high” sama dengan kegiatan jual beli barang di pasar apapun. Perdagangan saham akan menjadi judi (gambling) ketika anda masuk ke pasar saham tanpa memiliki ilmu seperti yang saya uraikan di atas. Sampai di sini saya kira cukup jelas.
Saya punya cerita menarik soal kegigihan seorang broker (perantara) perdagangan valuta asing (Forex) yang selama 8 tahun dengan gigih tanpa mengenal putus asa, mengirim update keuntungan perdagangan valas ke HP saya, hampir setiap hari. Walaupun keuntungan perdagangan valas bisa lebih besar dan lebih cepat dari berdagang saham, tetapi saya belum mau mengikuti saran dia. Kenapa ? Karena saya tidak punya ilmunya, maka resikonya akan besar dan kalau saya masuk pasar valas tanpa ilmu, sama juga dengan berjudi. Jadi walaupun potensi profit dagang valas lebih besar daripada dagang saham, saya tidak mau masuk karena saya tidak memiliki ilmunya. Kecuali suatu saat nanti saya sudah belajar dan memiliki ilmunya, maka saya akan terjun ke perdagangan valas. Kelebihan perdagangan valas adalah bisa dilakukan dua arah, yaitu baik valas yang kita dagangkan harganya naik atau turun, kita bisa mengambil momentum untuk ambil untung. Maksudnya adalah ketika trend harga akan naik, maka kita beli dulu baru dijual. Sebaliknya, ketika trend harga akan turun, maka kita bisa lakukan jual dulu, baru beli (istilahnya short selling). Di pasar saham perdagangan “short selling” tidak diperbolehkan, sehingga resiko kerugian pada perdagangan saham bisa diminimalisir.
Kembali ke kegiatan investasi saham. Jika anda tipikal orang yang sibuk bekerja dan tidak ada waktu untuk mengikuti pergerakan harga saham harian, maka anda lebih cocok untuk melakukan investasi atau menabung saham, bukan trading saham. Caranya adalah anda rutin menyisihkan penghasilan bulanan anda (misalnya 30%) untuk membeli saham-saham yang berkinerja bagus (LQ45) dan terus konsisten melakukan investasi (pembelian) setiap bulan. Jika anda lakukan selama 10 tahun, anda akan menadi jutawan, tanpa anda sadari. Kenapa ? Karena nilai investasi anda akan naik secara eksponensial. Itulah yang dilakukan investor legendaris Amerika, Warren Buffet. Jadi baik trading atau investing, bisa dipilih salah satu atau dipilih keduanya. Bagi para pelaku pasar profesional, mereka menyarankan 50:50. Artinya dana yang dialokasikan untuk investasi 50% dan sisanya untuk trading cepat guna meraih laba cepat (quick money).
Menyetir mobil tidak beresiko jika anda tahu mengoperasikan pedal gas dan pedal rem serta kapan harus memutar kemudi (steer) untuk menghindari jalan berlubang. Sama juga melakukan trading di pasar saham, tidak beresiko dan tidak “gambling” ketika anda melengkapi diri dengan ilmu “technical analysis”. Biasanya dirangkum menjadi 3 hal sebagai prasyarat untuk sukses di pasar saham: mindset yang benar, skillset yang baik, dan kematangan psikologi (tidak mudah panik/cemas).