Nasib Si Pembawa Ember

NASIB SI PEMBAWA EMBER
(cerita ini hanyalah fiksi yang mengandung pelajaran hidup berharga & bermanfaat)

Pada suatu masa di suatu desa terpencil, ada 2 orang sahabat, bernama Bruno dan Pablo. Kedua anak muda itu merupakan orang-orang yang berkualitas. Keduanya memiliki cita-cita yang tinggi dan ingin menjadi kaya suatu hari kelak. Saat ini yang mereka tunggu-tunggu adalah datangnya kesempatan emas (golden opportunity). Pada suatu hari, kesempatan emas yang ditunggu-tunggu telah datang. Kepala desa membawa kabar gembira. Dia memberi pekerjaan/proyek kepada 2 pemuda itu untuk mengangkut air dari danau yang berjarak 5 km ke desanya, untuk memenuhi kebutuhan air bersih seluruh warga desa di sana. Kedua orang ini pergi membawa masing-masing 2 ember untuk mengangkut air dari danau dibawa ke desa mereka. Untuk setiap ember yang terisi penuh air, pemuda ini menerima upah 1.000. Jadi kalau satu hari penuh bisa mengangkut 100 ember, berarti mereka akan memperoleh penghasilan 100.000.

Bruno merasa sangat senang karena cita-citanya untuk bisa kaya hampir terwujud. Bruno sudah membayangkan sebentar lagi akan menjadi orang kaya dan terpandang di desanya. Tetapi Pablo tidaklah berfikir demikian. Punggung Pablo terasa nyeri dan kedua telapak tangannya lecet-lecet. Pablo mulai berfikir bagaimana caranya memindahkan air dari danau ke desanya tanpa mengangkat-ngangkat ember. Idenya adalah membuat saluran pipa yang akan mengalirkan air dari danau ke desa. Besoknya Pablo mengutarakan ide baru tersebut kepada sahabtanya (Bruno).

Mendengar temannya punya ide aneh tersebut, Bruno tersentak dan berkata, “apa? saluran pipa? ide gila darimana itu? Kita kan sudah mempunyai pekerjaan yang bagus. Saya bisa membawa seratus ember per hari, itu berarti 100.000 per hari masuk kantong. Uang sebesar itu sudah bisa untuk hidup tenang di desa. Pada akhir minggu saya bisa membeli sepatu dan baju baru. Pada akhir bulan saya bisa membeli seekor sapi. Pada akhir tahun saya sudah mampu membangun rumah. Kita juga punya hak cuti liburan 2 minggu per tahun. Jadi buang jauh-jauh “ide gila” membangun saluran pipa, kata Bruno dengan nada tinggi. “Lagi pula jarak dari danau ke desa kita 5 km. Menggali saluran sejauh 5 km itu pekerjaan yang sangat sulit dan melelahkan. Lupakan ide gila itu kawan”, kata Bruno dengan penuh percaya diri.

Tetapi Pablo tidak mudah putus asa. Ia memutuskan untuk bekerja paruh-paruh waktu. Setengah hari dia mengangkut ember untuk mendapatkan penghasilan untuk membiayai hidupnya sehari-hari, setengah harinya dia manfaatkan untuk menggali tanah guna membuat saluran air ke desanya. Dari awal Pablo sudah menyadari bahwa akan sangat sulit baginya untuk menggali saluran air di tanah yang banyak batu karang, dengan jarak cukup jauh. Pablo sangat sadar, dibutuhkan waktu yang lama, mungkin 5 atau bahkan 7 tahun, untuk bisa mewujudkan impiannya itu. Namun dia sudah bisa membayangkan pundi-pundinya akan terus terisi uang, jika kelak saluran pipanya sudah selesai dibangun dan bisa mengalirkan air ke desanya.

Bruno dan warga desanya mengejek Pablo yang berpenghasilan sedikit karena sibuk menggali tanah untuk membuat saluran air. Bruno yang berpenghasilan hampir dua kalinya, membanggakan dirinya dan barang-barang mewah yang baru saja dibelinya dari hasil keringatnya. Baju-baju indah dan rumah 2 lantai yang baru dibangunnya. Untuk menunjang gaya hidupnya, Bruno juga membeli alat angkut yang mewah pada jamannya, yaitu kereta yang ditarik dengan kuda untuk membawanya pamer keberhasilannya keliling desa. Layaknya anak muda, setiap akhir pekan Bruno pergi ke kota untuk membeli sepatu dan baju baru untuk pamer keberhasilan. Sayang waktu itu belum ada facebook, instagram atau WA untuk memamerkan sepatu dan baju-baju keren yang dimilikinya.

Hari berganti bulan dan bulan berganti tahun. Pada suatu hari, Pablo sudah menyelesaikan setengah dari saluran pipanya. Pablo menyaksikan kawannya (Bruno) yang terus saja mengangkut ember-ember berisi penuh air. Badan Bruno semakin hari tampak semakin membungkuk oleh beban ember berisi air yang dia pikul setiap hari. Langkah Bruno semakin lamban akibat kerja keras setiap hari dan punggungnya mulai terasa nyeri. Sekarang Bruno merasa kecewa dan sedih sejak dia mulai sadar bahwa, nasib mengharuskan dia mengangkut ember sepanjang sisa hidupnya, setiap hari dan hanya bisa cuti istirahat selama 2 minggu per tahun.

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu Pablo telah tiba. Saluran pipa yang dibangun oleh Pablo selama 5 tahun sudah selesai dan siap mengalirkan air bersih dari danau ke desanya. Sekarang desa itu mendapatkan pasokan air bersih dengan lancar. Warga desa lain mulai pindah ke desa tempat tinggal Pablo agar bisa ikut menikmati kelimpahan air bersih tersebut. Desa itupun menjadi makmur dan subur karena tidak lagi kesulitan air bersih. Kini Pablo tidak lagi mengangkut air memakai ember. Airnya akan terus mengalir baik dia sedang tidur atau sedang terjaga, baik sedang liburan atau sedang makan di Kafe kesukaannya. Semakin banyak air mengalir ke desanya, semakin banyak uang yang mengalir ke kantong Pablo.

Ternyata saluran pipa Pablo membuat Bruno kehilangan pekerjaan. Orang di desa tidak lagi mau membeli air dari Bruno. Mendengar keadaan tersebut, Pablo sangat prihatin dengan nasib sahabatnya yang mulai mencari hutang untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Pablo mencoba mendatangi Bruno untuk membantunya. Tapi Bruno sudah sulit merubah pandangan hidupnya (mindset-nya). Bagi Bruno, mencari uang berarti memikul ember, tidak ada cara lain yang lebih baik atau lebih aman selain memikul ember. Sejak kecil dia sudah diajarkan cara mencari uang dengan mengangkut ember (menukar tenaga dengan gaji/upah), akibatnya cara alternatif mencari uang dengan memindahkan air melalui saluran pipa (membangun bisnis atau asset), tidak pernah ada dalam pikirannya. Setelah tua, pensiun, dan tenaganya tidak laku, barulah Bruno menyesali nasib yang dialaminya.

KESIMPULAN

1. Bruno masuk dalam perangkap jebakan barter “waktu/tenaga” dengan “uang/upah/gaji” (tidak ada ember yang diangkut berarti tidak ada uang/upah/gaji yang didapat). Ini adalah cara berfikir (mindset) karyawan pada umumnya.

2. Apa yang terjadi kalau karena sesuatu hal misalnya sakit, PHK, Pensiun dan kita tidak punya waktu/tenaga untuk membawa ember untuk ditukar dengan uang/upah/gaji? Maka kita tidak akan memiliki uang/upah/gaji. Nasib kita akan tergantung belas kasihan orang lain.

3. Saluran pipa air = saluran uang (penghasilan) karena bisa mengalirkan uang (penghasilan) tanpa perlu bekerja secara fisik, tanpa berkeringat, bahkan pada saat anda sedang tertidur pun, penghasilan (uang) tetap mengalir ke rekening anda. Apakah mungkin? Apakah ada di dunia ini orang tidak bekerja mempunyai penghasilan? Ada, mereka sering disebut investor. Perbedaan pola pikir (mindset) inilah yang membedakan nasib Bruno dengan nasib Pablo.

4. Saluran air (pipa) dalam metafora ini bisa berupa aset fisik (pabrik, ruko, kos-kosan, apartemen, hotel, ladang, tambak, dll), atau aset finansial (Deposito, Saham, Reksadana, Obligasi, dll), atau aset bisnis (perusahaan, bisnis jaringan), atau karya intelektual seperti patent, lisensi, dan royalti.

Moral story dari kisah di atas adalah jika ingin tetap sejahtera di usia senja (tua), bangunlah bisnis atau aset karena pada akhirnya anda tidak bisa lagi mendapatkan penghasilan dari menjual tenaga dan waktu untuk ditukar dengan uang. Let your money work hard for you.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.